Penyakit Jeruk: Gumosis dan Busuk Pangkal-Buah Diplodia
January 25, 2019
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
Penyakit gumosis dan busuk pangkal-buah diplodia merupakan penyakit jeruk yang umum terdapat di Indonesia. Namun gumosis lebih banyak mendapat perhatian daripada busuk pangkal buah sehingga penyakit ini umum dikenal sebagai penyakit blendok. Blendok merupakan nama yang diberikan terhadap gum yang keluar dari batang atau cabang pohon yang sakit, yang juga bisa terjadi oleh penyakit lain, yaitu penyakit gumosis, busuk pangkal batang, dan busuk akar phytophthora. Bukan tidak mungkin kedua penyakit ini dikacaukan di lapangan. Pada tulisan ini diuraikan penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia untuk digunakan sebagai panduan melakukan diagnosis lapangan.
Nama Penyakit
Penyakit ini dalam Bahasa Inggris disebut diplodia gumosis and stem-end rot yang dalam Bahasa Indonesia adalah gumosis dan busuk pangkal buah diplodia. Penyakit ini sebenarnya terdiri atas penyakit gumosis diplodia dan busuk pangkal buah diplodia, tetapi karena disebabkan oleh patogen yang sama maka disatukan. Di Indonesia, penyakit gumosis diplodia disebut penyakit blendok atau penyakit busuk batang diplodia, sedangkan busuk pangkal buah diplodia disebut busuk buah saja.
Nama Berlaku dan Klasifikasi Penyebab Penyakit
Nama berlaku penyebab penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia adalah jamur Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl. 1909 [teleomorf: Botryosphaeria rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Arx], hubungan antara anamorf dan teleomorf masih belum jelas karena baru dibuktikan sekali. Klasifikasi teleomorf jamur ini adalah kerajaan: Fungi, divisi: Ascomycota, sub-divisi: Pezizomycotina, kelas: Dothideomycetes, ordo: Botryosphaeriales, famili: Botryosphaeriaceae, genus, Botryosphaeria, dan spesies: Botryosphaeria rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Arx.
Nama Sinonim Penyebab Penyakit
Nama sinonim jamur Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl. adalah Botryodiplodia theobromae Pat., Botryodiplodia gossypii Ellis & Barthol. Botryosphaeria rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Arx, Cryptostictis glandicola (Schwein.) Starbäck, Diplodia cacaoicola Henn., Diplodia gossypina Ellis & Everh., Diplodia natalensis Pole-Evans, Diplodia theobromae (Pat.) W. Nowell, Phoma glandicola (Schwein.) Cooke, Physalospora glandicola (Schwein.) N.E. Stevens, Physalospora gossypina N.E. Stevens, Physalospora rhodina Berk. & M.A. Curtis, Pyreniella rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Theiss., Sphaeria glandicola Schwein.
Gejala dan Tanda Penyakit
Gejala dapat timbul pada batang maupun hanya pada cabang, kulit batang pecah tanpa atau dengan mengeluarkan blendok berwarna kuning kecokelatan. Gejala yang tidak disertai dengan keluarnya blendok disebut diplodia kering, sedangkan yang disertai dengan keluarnya blendok disebut diplodia basah.Pada perkembangan lanjut, kulit batang mengering dan mengelupas. Di bagian bawah kulit yang mengelupas dapat ditemukan tanda penyakit berupa miselium putih dan massa spora jamur berwarna kehitaman. Kayu di bagian dalam kulit batang berpenyakit berwarna hijau biru sampai hitam. Bila penyakit hanya terdapat pada cabang maka hanya cabang yang bersangkutan yang meranggas, mengalami mati ujung, dan akhirnya mengering. Namun bila penyakit terdapat pada batang utama maka pohon secara keseluruhan dapat mengalami gejala yang sama.
Gejala busuk pangkal buah berkembang setelah panen pada suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kebutuhan patogen. Busuk mulai dari pangkal batang di sekitar tittik tangkai buah dan kemudian berkembang melalui sumbu buah lebih cepat daripada melalui juring buah, menimbulkan busuk basah berwarna cokelat atau hitam yang pada permukaan kulit meluas dari arah pangkal dan ujung buah. Jamur berkembang tidak merata pada juring sehingga pada kulit buah perkembangan busuk tidak merata. Penyakit menular dengan cepat ke buah sehat dalam penyimpanan yang lembab.
Gejala dan Tanda Serupa
Gejala pada batang dan cabang menyerupai gejala penyakit gumosis, busuk pangkal batang, dan busuk akar phytophthora. Namun gumosis, busuk pangkal batang, dan busuk akar phytophthora tidak menimbulkan gejala busuk batang kering seperti yang ditimbulkan oleh gumosis dan busuk pangkal buah diplodia.
Deskripsi Patogen
Koloni Lasiodiplodia theobromae pada media oatmeal agar berwarna cokelat abu-abu sampai hitam dengan miselium udara yang padat. Konidia dibentuk dalam piknidia, teragregasi, cokelat gelap, berlubang tunggal, berdinding tebal atau tipis. Lubang tunggal di tengah, pada ujung menonjol. Parafisa tembus pandang, silindris, bersekat, ujung membulat, panjang 50 µm. Konidiofora tereduksi menjadi sel pendukung konidia, tembus pandang, permukaan halus, silindris sampai seperti buah pir melebar, holoblastik, dikret, berkembang cepat dari sel dinding dalam piknidium. Konidia bundar memanjang, lurus, mula-mula tembus pandang dan tanpa sekat tetapi kemudian setelah cukup lama menjadi cokelat gelap dan bersekat tunggal, membulat di bagian ujung, datar di bagian pangkal, berukuran (18–)20–30 × 10–15 µm.
Askomata berarna cokelat gelap sampai hitam, teragregasi, berdinding tebal, lebih terang dan lebih tipis pada lapisan dalam, berdiameter 250–399 µm diam. Dinding terdiri atas sel berwarna cokelat gelap berdinding tebal. Askus berberntuk menyerupai gada, bertangkai, panjang 90–120 µm, berisi 8 askospora. Askospora tembus pandang, tanpa sekat, berukuran (24–)30–35(–42) × (7–)11–14(–17) µm.
Kisaran Inang
Jamur Lasiodiplodia theobromae mempunyai kisaran tumbuhan inang yang sangat luas. Selain menyebabkan penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia pada jeruk, jamur ini juga menyebabkan penyakit busuk hitam kapas, busuk buah kapas, busuk hitam ubi jalar, busuk leher akar kacang tanah, busuk pangkal batang, kanker batang anggur, busuk buah apokat, busuk buah kakao, dan busuk pangkal buah mangga.
Ekologi dan Daur Penyakit
Tidak tersedia cukup informasi mengenai ekologi dan daur penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia. Inokulum primer diduga terbawa angin dari tanaman sakit ke tanaman sehat atau terbawa alat-alat pertanian.
Diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan memeriksa gejala dan tanda di lapangan dan mengambil spesimen untuk pemeriksaan laboratorium. Citrus diseases tidak menyediakan kunci identifikasi dalam jaringan untuk penyakit ini.
Penyebaran dan Distribusi Geografis
Konidia Lasiodiplodia theobromae menyebar terutama dengan perantaraan angin. Distribusi geografis jamur sangat luas sebagaimana dipetakan oleh CABI Invasive Species Compendium untuk penyakit busuk buah kakao, berdasarkan mana distribusi geografik penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia dapat diperkirakan. Pada peta tampak bahwa jamur ini hanya terdapat di Sulawesi Selatan, tetapi sebenarnya telah terdapat di seluruh provinsi di mana kakao dibudidayakan sehingga juga mungkin dapat menyebabkan penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia di daerah yang sama.
Rekomendasi Pengendalian
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub-tropika merekomendasikan cara pengendalian dengan cara menjaga kebersihan kebun melalui pemangkasan ranting kering dan cabang yang berpenyakit untuk selanjutnya dibakar atau ditimbun, mendisinfeksi peralatan pertanian dengan menggunakan alkohol 70% atau clorox 0,5% sebelum dan setelah digunakan, dan melabur batang dan cabang dengan bubur california atau fungsida yang berbahan aktif Cu pada awal da akhir musim hujan. Bubur California dibuat dengan mengikuti anjuran.
Pengendalian busuk pangkal buah diplodia dilakukan dengan mencelup buah dengan fungisida thiabendazole (TBZ) 1,000 ppm sebelum pemeraman, lakukan pemeraman selama kurang dari 35 jam dengan menggunakan etilena kurang dari 5 ppm, pada saat pengepakan lapisi buah dengan campuran cairan lilin dan TBZ 2.000 ppm, dan simpan buah yang sudah dipak pada suhu di bawah 10oC.
Catatan Penting
Penyakit ini jarang dilaporkan terdapat di pusat-pusat produksi jeruk di luar Indonesia. Bukan tidak mungkin penyakit ini menjadi penting di Indonesia karena dikacaukan dengan gumosis, busuk pangkal batang, dan busuk akar phytophthora, penyakit jeruk yang sangat mematikan di berbagai pusat produksi jeruk di negara lain.
Nama Penyakit
Penyakit ini dalam Bahasa Inggris disebut diplodia gumosis and stem-end rot yang dalam Bahasa Indonesia adalah gumosis dan busuk pangkal buah diplodia. Penyakit ini sebenarnya terdiri atas penyakit gumosis diplodia dan busuk pangkal buah diplodia, tetapi karena disebabkan oleh patogen yang sama maka disatukan. Di Indonesia, penyakit gumosis diplodia disebut penyakit blendok atau penyakit busuk batang diplodia, sedangkan busuk pangkal buah diplodia disebut busuk buah saja.
Nama Berlaku dan Klasifikasi Penyebab Penyakit
Nama berlaku penyebab penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia adalah jamur Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl. 1909 [teleomorf: Botryosphaeria rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Arx], hubungan antara anamorf dan teleomorf masih belum jelas karena baru dibuktikan sekali. Klasifikasi teleomorf jamur ini adalah kerajaan: Fungi, divisi: Ascomycota, sub-divisi: Pezizomycotina, kelas: Dothideomycetes, ordo: Botryosphaeriales, famili: Botryosphaeriaceae, genus, Botryosphaeria, dan spesies: Botryosphaeria rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Arx.
Nama Sinonim Penyebab Penyakit
Nama sinonim jamur Lasiodiplodia theobromae (Pat.) Griffon & Maubl. adalah Botryodiplodia theobromae Pat., Botryodiplodia gossypii Ellis & Barthol. Botryosphaeria rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Arx, Cryptostictis glandicola (Schwein.) Starbäck, Diplodia cacaoicola Henn., Diplodia gossypina Ellis & Everh., Diplodia natalensis Pole-Evans, Diplodia theobromae (Pat.) W. Nowell, Phoma glandicola (Schwein.) Cooke, Physalospora glandicola (Schwein.) N.E. Stevens, Physalospora gossypina N.E. Stevens, Physalospora rhodina Berk. & M.A. Curtis, Pyreniella rhodina (Berk. & M.A. Curtis) Theiss., Sphaeria glandicola Schwein.
Gejala dan Tanda Penyakit
Gejala dapat timbul pada batang maupun hanya pada cabang, kulit batang pecah tanpa atau dengan mengeluarkan blendok berwarna kuning kecokelatan. Gejala yang tidak disertai dengan keluarnya blendok disebut diplodia kering, sedangkan yang disertai dengan keluarnya blendok disebut diplodia basah.Pada perkembangan lanjut, kulit batang mengering dan mengelupas. Di bagian bawah kulit yang mengelupas dapat ditemukan tanda penyakit berupa miselium putih dan massa spora jamur berwarna kehitaman. Kayu di bagian dalam kulit batang berpenyakit berwarna hijau biru sampai hitam. Bila penyakit hanya terdapat pada cabang maka hanya cabang yang bersangkutan yang meranggas, mengalami mati ujung, dan akhirnya mengering. Namun bila penyakit terdapat pada batang utama maka pohon secara keseluruhan dapat mengalami gejala yang sama.
Gejala busuk pangkal buah berkembang setelah panen pada suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kebutuhan patogen. Busuk mulai dari pangkal batang di sekitar tittik tangkai buah dan kemudian berkembang melalui sumbu buah lebih cepat daripada melalui juring buah, menimbulkan busuk basah berwarna cokelat atau hitam yang pada permukaan kulit meluas dari arah pangkal dan ujung buah. Jamur berkembang tidak merata pada juring sehingga pada kulit buah perkembangan busuk tidak merata. Penyakit menular dengan cepat ke buah sehat dalam penyimpanan yang lembab.
Gumosis dan busuk pangkal buah diplodia, A: busuk batang diplodia kering, B: busuk batang diplodia basah (gumosis), dan C: busuk pangkal buah diplodia. Sumber: A dan B: Balitjestro, C: Florida Post-harvest Decay |
Gejala dan Tanda Serupa
Gejala pada batang dan cabang menyerupai gejala penyakit gumosis, busuk pangkal batang, dan busuk akar phytophthora. Namun gumosis, busuk pangkal batang, dan busuk akar phytophthora tidak menimbulkan gejala busuk batang kering seperti yang ditimbulkan oleh gumosis dan busuk pangkal buah diplodia.
Deskripsi Patogen
Koloni Lasiodiplodia theobromae pada media oatmeal agar berwarna cokelat abu-abu sampai hitam dengan miselium udara yang padat. Konidia dibentuk dalam piknidia, teragregasi, cokelat gelap, berlubang tunggal, berdinding tebal atau tipis. Lubang tunggal di tengah, pada ujung menonjol. Parafisa tembus pandang, silindris, bersekat, ujung membulat, panjang 50 µm. Konidiofora tereduksi menjadi sel pendukung konidia, tembus pandang, permukaan halus, silindris sampai seperti buah pir melebar, holoblastik, dikret, berkembang cepat dari sel dinding dalam piknidium. Konidia bundar memanjang, lurus, mula-mula tembus pandang dan tanpa sekat tetapi kemudian setelah cukup lama menjadi cokelat gelap dan bersekat tunggal, membulat di bagian ujung, datar di bagian pangkal, berukuran (18–)20–30 × 10–15 µm.
Askomata berarna cokelat gelap sampai hitam, teragregasi, berdinding tebal, lebih terang dan lebih tipis pada lapisan dalam, berdiameter 250–399 µm diam. Dinding terdiri atas sel berwarna cokelat gelap berdinding tebal. Askus berberntuk menyerupai gada, bertangkai, panjang 90–120 µm, berisi 8 askospora. Askospora tembus pandang, tanpa sekat, berukuran (24–)30–35(–42) × (7–)11–14(–17) µm.
Penyebab penyakit, A-C: konidiofora dan konidia Lasiodiplodia theobromae, masing-masing A: konidiofora dan konidium, B: konidia muda tanpa sekat, dan C: konidia tua bersekat; D dan E: teleomorf Botryosphaeria rhodina, masing-masing D; aski dan E: askospora. Sumber: CREM. |
Jamur Lasiodiplodia theobromae mempunyai kisaran tumbuhan inang yang sangat luas. Selain menyebabkan penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia pada jeruk, jamur ini juga menyebabkan penyakit busuk hitam kapas, busuk buah kapas, busuk hitam ubi jalar, busuk leher akar kacang tanah, busuk pangkal batang, kanker batang anggur, busuk buah apokat, busuk buah kakao, dan busuk pangkal buah mangga.
Ekologi dan Daur Penyakit
Tidak tersedia cukup informasi mengenai ekologi dan daur penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia. Inokulum primer diduga terbawa angin dari tanaman sakit ke tanaman sehat atau terbawa alat-alat pertanian.
Diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan memeriksa gejala dan tanda di lapangan dan mengambil spesimen untuk pemeriksaan laboratorium. Citrus diseases tidak menyediakan kunci identifikasi dalam jaringan untuk penyakit ini.
Penyebaran dan Distribusi Geografis
Konidia Lasiodiplodia theobromae menyebar terutama dengan perantaraan angin. Distribusi geografis jamur sangat luas sebagaimana dipetakan oleh CABI Invasive Species Compendium untuk penyakit busuk buah kakao, berdasarkan mana distribusi geografik penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia dapat diperkirakan. Pada peta tampak bahwa jamur ini hanya terdapat di Sulawesi Selatan, tetapi sebenarnya telah terdapat di seluruh provinsi di mana kakao dibudidayakan sehingga juga mungkin dapat menyebabkan penyakit gumosis dan busuk pangkal buah diplodia di daerah yang sama.
Rekomendasi Pengendalian
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub-tropika merekomendasikan cara pengendalian dengan cara menjaga kebersihan kebun melalui pemangkasan ranting kering dan cabang yang berpenyakit untuk selanjutnya dibakar atau ditimbun, mendisinfeksi peralatan pertanian dengan menggunakan alkohol 70% atau clorox 0,5% sebelum dan setelah digunakan, dan melabur batang dan cabang dengan bubur california atau fungsida yang berbahan aktif Cu pada awal da akhir musim hujan. Bubur California dibuat dengan mengikuti anjuran.
Pengendalian busuk pangkal buah diplodia dilakukan dengan mencelup buah dengan fungisida thiabendazole (TBZ) 1,000 ppm sebelum pemeraman, lakukan pemeraman selama kurang dari 35 jam dengan menggunakan etilena kurang dari 5 ppm, pada saat pengepakan lapisi buah dengan campuran cairan lilin dan TBZ 2.000 ppm, dan simpan buah yang sudah dipak pada suhu di bawah 10oC.
Catatan Penting
Penyakit ini jarang dilaporkan terdapat di pusat-pusat produksi jeruk di luar Indonesia. Bukan tidak mungkin penyakit ini menjadi penting di Indonesia karena dikacaukan dengan gumosis, busuk pangkal batang, dan busuk akar phytophthora, penyakit jeruk yang sangat mematikan di berbagai pusat produksi jeruk di negara lain.
0 comments