[Sebelum berbagi cerita tentang kapal bagus ini, sungguh saya tak habis pikir apa gerangan di benak pemerintah daerah setempat (Merak? Cilegon? Banten?) yang memindahkan terminal bus hingga memaksa calon penyeberang jalan kaki 600 km untuk tiba di loket kapal. Bagaimana dengan pejalan kaki yang sudah sepuh-sepuh? ...]
Usai 'mencicipi' tiket elektronik, kami dapat hadiah lagi kapal di dermaga 4 - bukan dermaga 1 atau 2 bahkan 3 - yang memaksa tambahan keringat bercucuran. Alhamdulillah anak-anak hebat itu rupanya pejalan kaki yang tangguh.
"Mungkin kita kebanyakan makan enak, Be. Jadi disuruh Allah membakar lemak," cerocos saya menghibur diri maupun Si Babe, misua tersayang yang sungguh tak sedap dipandang membawa koper-koper raksasa itu.
Tapi Allah memang Maha Adil. Sekalipun jalan kaki 1 km, kami dapat feri yang menurut saya terbaik yang pernah kami naiki. Musthika Kencana namanya.
Di kapal milik armada PT Dharma Lautan Utama (DLU) ini, niat mencari ruang VIP urung saat mata tertumbuk tulisan "Lesehan", maka naiklah kami. Berkali-kali nyebrang, saya sudah pernah dengar kapal feri yang punya ruang ini tapi baru kini berjumpa.
Dibuat bertingkat sehingga bisa memuat banyak penumpang, ruangan lesehan ini gratis tis ... berpendingin, TV di tiap sudut (pas filmnya masih gres dan qualified pula: "Garuda Di Dadaku"), rapih, apik, dan yang paling penting: bersih.
Kelas ekonomi yang bertetangga dengan lesehan juga tak kalah apik. Ada live music segala - walau mengganggu tidur juga - ACnya dingin (nggak hawer-hawer seperti kebanyakan feri lain). Di bagian haluan bahkan ada playground untuk anak-anak.
Mas Chandra, yang in charge di bagian informasi, bilang bahwa untuk rute Merak-Bakau armada DLU cuma menyediakan satu feri. "Selebihnya banyak melayani antar pulau. Kebanyakan dari dan ke Kalimantan," kata doi.
Tak heran armada angkutan sipil ini bertabur penghargaan, antara lain dari Menteri Perhubungan - ketika itu - Agum Gumelar, dan penghargaan internasional juga. Tak jadi rehat di ruang VIP, lihat di fotonya, itu ruang VIP sepertinya bisa bikin tidur beneran karena ada dua single bed persis seperti waktu dari Ambon naik KM Rinjani.
Jadwal pemberangkatan kapal juga bisa ditanyakan ke bagian informasi (ada websitenya loh: http://www.dluonline.co.id/). Brosur jadwal kemudian saya berikan ke abang saya yang juga mau nyebrang menuju Jakarta. Metoda marketing word of mouth ceritanya ..
Well, well ... kesulitan itu selalu diapit dua kemudahan. Dan tampaknya juga sebaliknya. Asyik naik kapal bagus, setiba di pelabuhan Bakauheni kami kebagian dermaga 4 (lagi). Alamat kaki mesti avonturir (lagi). Haha.. ajib ajib ..
Buat yang belum tahu, dermaga 4 adalah dermaga tambahan yang dioperasikan ketika arus sedang padat-padatnya seperti Lebaran sekarang. Allah Rahman, Allah Rahiim. Kami diberi kesempatan untuk berbagi rezeki dengan tukang ojek yang sudah mangkal di bibir dermaga.
Usai 'mencicipi' tiket elektronik, kami dapat hadiah lagi kapal di dermaga 4 - bukan dermaga 1 atau 2 bahkan 3 - yang memaksa tambahan keringat bercucuran. Alhamdulillah anak-anak hebat itu rupanya pejalan kaki yang tangguh.
"Mungkin kita kebanyakan makan enak, Be. Jadi disuruh Allah membakar lemak," cerocos saya menghibur diri maupun Si Babe, misua tersayang yang sungguh tak sedap dipandang membawa koper-koper raksasa itu.
Tapi Allah memang Maha Adil. Sekalipun jalan kaki 1 km, kami dapat feri yang menurut saya terbaik yang pernah kami naiki. Musthika Kencana namanya.
Di kapal milik armada PT Dharma Lautan Utama (DLU) ini, niat mencari ruang VIP urung saat mata tertumbuk tulisan "Lesehan", maka naiklah kami. Berkali-kali nyebrang, saya sudah pernah dengar kapal feri yang punya ruang ini tapi baru kini berjumpa.
Dibuat bertingkat sehingga bisa memuat banyak penumpang, ruangan lesehan ini gratis tis ... berpendingin, TV di tiap sudut (pas filmnya masih gres dan qualified pula: "Garuda Di Dadaku"), rapih, apik, dan yang paling penting: bersih.
Kelas ekonomi yang bertetangga dengan lesehan juga tak kalah apik. Ada live music segala - walau mengganggu tidur juga - ACnya dingin (nggak hawer-hawer seperti kebanyakan feri lain). Di bagian haluan bahkan ada playground untuk anak-anak.
Mas Chandra, yang in charge di bagian informasi, bilang bahwa untuk rute Merak-Bakau armada DLU cuma menyediakan satu feri. "Selebihnya banyak melayani antar pulau. Kebanyakan dari dan ke Kalimantan," kata doi.
Tak heran armada angkutan sipil ini bertabur penghargaan, antara lain dari Menteri Perhubungan - ketika itu - Agum Gumelar, dan penghargaan internasional juga. Tak jadi rehat di ruang VIP, lihat di fotonya, itu ruang VIP sepertinya bisa bikin tidur beneran karena ada dua single bed persis seperti waktu dari Ambon naik KM Rinjani.
Jadwal pemberangkatan kapal juga bisa ditanyakan ke bagian informasi (ada websitenya loh: http://www.dluonline.co.id/). Brosur jadwal kemudian saya berikan ke abang saya yang juga mau nyebrang menuju Jakarta. Metoda marketing word of mouth ceritanya ..
Well, well ... kesulitan itu selalu diapit dua kemudahan. Dan tampaknya juga sebaliknya. Asyik naik kapal bagus, setiba di pelabuhan Bakauheni kami kebagian dermaga 4 (lagi). Alamat kaki mesti avonturir (lagi). Haha.. ajib ajib ..
Buat yang belum tahu, dermaga 4 adalah dermaga tambahan yang dioperasikan ketika arus sedang padat-padatnya seperti Lebaran sekarang. Allah Rahman, Allah Rahiim. Kami diberi kesempatan untuk berbagi rezeki dengan tukang ojek yang sudah mangkal di bibir dermaga.