Praktik bisnis "ayam kampus" tak hanya terjadi di kota pelajar Yogyakarta. Di Malang, Jawa Timur, yang memiliki sebutan kota pendidikan juga menjamur bisnis tersebut. Pelakunya adalah oknum mahasiswi yang kuliah di sejumlah perguruan tinggi, baik swasta maupun negeri, yang ada di Malang.
Dari pengakuan salah satu pelaku ayam kampus di Malang, ia nekat terjun ke dunia bisnis esek-esek karena keperawanannya sudah direnggut sejak masih duduk di bangku SMP. Mayoritas umur mahasiswa yang berprofesi ayam kampus berumur 19 hingga 22 tahun.
"Dari teman-teman saya yang masuk ke dunia itu (ayam kampus), mayoritas karena sudah tidak perawan sejak SMP. Ada yang sejak SMA. Saat pacaran, sang pacar mengajak berhubungan. Ancaman jika tak mau (berhubungan intim) akan diputus. Terpaksa harus mau karena saat itu masih cinta monyet," aku DY (20), salah seorang mahasiswi, di sebuah kafe di Kota Malang, Minggu (28/10/2012) malam.
Sebutan ayam kampus itu sudah menjadi istilah umum bagi para mahasiswi yang menyambi menjadi pekerja seks komersial (PSK) terselubung.
Menurut DY, sebagian besar ayam kampus di Malang berlatar belakang dari keluarga yang bermasalah (broken home). Bukan hanya karena faktor impitan ekonomi. "Setahu saya, dari keluarga mampu semua. Ada yang memang faktor ekonomi, tapi tidak banyak, bahkan jarang. Itu yang saya kenal," aku DY yang mewanti-wanti namanya tidak ditulis.
Ditanya soal operasi dan cara transaksinya, DY menceritakan, untuk di Malang, trennya sudah mulai berubah. "Jika awal-awal, asal ada yang 'pesan', harga cocok, siap aja. Tapi tren sekarang para ayam kampus memilih aman. Yakni 'dipelihara' oleh para om-om atau pengusaha atau pejabat penting. Kalau pejabat jarang yang dari Malang sendiri, tapi dari luar Malang," akunya.
Para pejabat, lanjut DY, datang ke Malang biasanya di hari-hari libur akhir pekan. Tinggalnya di hotel atau di sebuah vila seperti di Kota Batu. "Jika pengusaha tergantung panggilan," katanya.
Menurutnya, ayam kampus yang "dipelihara" biasanya dibayar secara bulanan. "Umumnya, kalau sudah ada yang memelihara, per bulannya minimal Rp 5 juta dan maksimal Rp 10 juta. Kalau harga sekali 'main' umumnya ayam kampus di Malang dibanderol paling rendah Rp 500.000. Maksimal Rp 1 juta," ujar DY. (sumber:kompas.com)
Dari pengakuan salah satu pelaku ayam kampus di Malang, ia nekat terjun ke dunia bisnis esek-esek karena keperawanannya sudah direnggut sejak masih duduk di bangku SMP. Mayoritas umur mahasiswa yang berprofesi ayam kampus berumur 19 hingga 22 tahun.
"Dari teman-teman saya yang masuk ke dunia itu (ayam kampus), mayoritas karena sudah tidak perawan sejak SMP. Ada yang sejak SMA. Saat pacaran, sang pacar mengajak berhubungan. Ancaman jika tak mau (berhubungan intim) akan diputus. Terpaksa harus mau karena saat itu masih cinta monyet," aku DY (20), salah seorang mahasiswi, di sebuah kafe di Kota Malang, Minggu (28/10/2012) malam.
Sebutan ayam kampus itu sudah menjadi istilah umum bagi para mahasiswi yang menyambi menjadi pekerja seks komersial (PSK) terselubung.
Menurut DY, sebagian besar ayam kampus di Malang berlatar belakang dari keluarga yang bermasalah (broken home). Bukan hanya karena faktor impitan ekonomi. "Setahu saya, dari keluarga mampu semua. Ada yang memang faktor ekonomi, tapi tidak banyak, bahkan jarang. Itu yang saya kenal," aku DY yang mewanti-wanti namanya tidak ditulis.
Ditanya soal operasi dan cara transaksinya, DY menceritakan, untuk di Malang, trennya sudah mulai berubah. "Jika awal-awal, asal ada yang 'pesan', harga cocok, siap aja. Tapi tren sekarang para ayam kampus memilih aman. Yakni 'dipelihara' oleh para om-om atau pengusaha atau pejabat penting. Kalau pejabat jarang yang dari Malang sendiri, tapi dari luar Malang," akunya.
Para pejabat, lanjut DY, datang ke Malang biasanya di hari-hari libur akhir pekan. Tinggalnya di hotel atau di sebuah vila seperti di Kota Batu. "Jika pengusaha tergantung panggilan," katanya.
Menurutnya, ayam kampus yang "dipelihara" biasanya dibayar secara bulanan. "Umumnya, kalau sudah ada yang memelihara, per bulannya minimal Rp 5 juta dan maksimal Rp 10 juta. Kalau harga sekali 'main' umumnya ayam kampus di Malang dibanderol paling rendah Rp 500.000. Maksimal Rp 1 juta," ujar DY. (sumber:kompas.com)
Kepala Polda Jawa Tengah, Irjen Pol Didiek S. Triwidodo tiba di lokasi penembakan Pos Polisi Plasa Singosaren Kota Solo, Kamis (30/8/2012) pukul 24.00 WIB, oleh orang tak dikenal yang mengakibatkan seorang petugas meninggal dunia.
Kedatangan Kapolda Didiek di lokasi itu antara lain didampingi Kepala Polresta Surakarta Kombes Pol Asdjima`in dan Danrem 074 Waraspramata Surakarta Kol Inf Ahmad Supriyadi.
Bertepatan dengan kedatangan Kapolda Didiek itu, petugas Tim CSI Polresta Surakarta menyelesaikan olah kejadian perkara penembakan yang mengakibatkan seorang petugas bernama Bripka Dwi Data Subekti meninggal dunia.
Pada kesempatan itu Didiek menyatakan tidak bersedia menyebutkan berbagai identitas dan temuan bukti kasus penembakan pada Kamis (30/8) sekitar pukul 21.15 WIB.
"Saya tidak mau menyebutkan identitas-identitas dan selongsong peluru, pelat nomor, jenis kendaraan. Ini untuk menjaga penyelidikan lebih lanjut," katanya.
Informasi yang dihimpun, pelaku yang berjumlah dua orang dengan mengendarai sepeda motor menembakkan senjata dua kali hingga mengenai bagian dada korban, dan dua kali lainnya mengenai bagian tangan. Pelaku kemudian kabur melewati Jalan Rajiman Kota Solo.
Korban dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Solo namun akhirnya meninggal dunia dan selanjutnya dirujuk ke RS dr Moewardi Solo untuk divisum. Korban beralamat di Jalan Bimasakti Blok C Nomor 28 RT10 RW 22 Perumahan Ngringo Indak, Karanganyar.
Selama beberapa hari terakhir, terjadi tiga kali penembakan oleh orang tak dikenal dengan sasaran pos polisi di Kota Solo.
"Saya akan menyelidiki satu per satu," katanya.
Namun, katanya, penjagaan di setiap pos polisi terutama di Kota Solo tetap seperti biasa.
"Seperti biasa, tapi dengan meningkatkan kewaspadaan di pos-pos polisi. Anggota polisi tetap jaga di pos masing-masing, jangan ada rasa takut," katanya.
Ia mengimbau masyarakat tetap tenang dan menjalankan aktivitas seperti biasa
Sumber: seruu,com
Kedatangan Kapolda Didiek di lokasi itu antara lain didampingi Kepala Polresta Surakarta Kombes Pol Asdjima`in dan Danrem 074 Waraspramata Surakarta Kol Inf Ahmad Supriyadi.
Bertepatan dengan kedatangan Kapolda Didiek itu, petugas Tim CSI Polresta Surakarta menyelesaikan olah kejadian perkara penembakan yang mengakibatkan seorang petugas bernama Bripka Dwi Data Subekti meninggal dunia.
Pada kesempatan itu Didiek menyatakan tidak bersedia menyebutkan berbagai identitas dan temuan bukti kasus penembakan pada Kamis (30/8) sekitar pukul 21.15 WIB.
"Saya tidak mau menyebutkan identitas-identitas dan selongsong peluru, pelat nomor, jenis kendaraan. Ini untuk menjaga penyelidikan lebih lanjut," katanya.
Informasi yang dihimpun, pelaku yang berjumlah dua orang dengan mengendarai sepeda motor menembakkan senjata dua kali hingga mengenai bagian dada korban, dan dua kali lainnya mengenai bagian tangan. Pelaku kemudian kabur melewati Jalan Rajiman Kota Solo.
Korban dilarikan ke RS PKU Muhammadiyah Solo namun akhirnya meninggal dunia dan selanjutnya dirujuk ke RS dr Moewardi Solo untuk divisum. Korban beralamat di Jalan Bimasakti Blok C Nomor 28 RT10 RW 22 Perumahan Ngringo Indak, Karanganyar.
Selama beberapa hari terakhir, terjadi tiga kali penembakan oleh orang tak dikenal dengan sasaran pos polisi di Kota Solo.
"Saya akan menyelidiki satu per satu," katanya.
Namun, katanya, penjagaan di setiap pos polisi terutama di Kota Solo tetap seperti biasa.
"Seperti biasa, tapi dengan meningkatkan kewaspadaan di pos-pos polisi. Anggota polisi tetap jaga di pos masing-masing, jangan ada rasa takut," katanya.
Ia mengimbau masyarakat tetap tenang dan menjalankan aktivitas seperti biasa
Sumber: seruu,com
Seorang siswa yang memiliki prestasi bagus di sekolah terpaksa mengakhiri hidup dengan tragis. Kamran Khan, 13 tahun, nekat menyiram tubuhnya dengan bensin dan kemudian membakar dirinya setelah keluarganya tidak mampu membelikan dia seragam sekolah.
Kamran yang selama ini bersekolah gratis berkat beasiswa merasa malu karena seragamnya sudah lama dan meminta orang tuanya untuk membelikan seragam baru namun ditolak. Karena penolakan itu Kamran mengancam akan membakar dirinya. Kamran menderita 65 persen luka bakar dan meninggal di rumah sakit.
“Dia (Kamran) tidak pernah meminta apapun, dia memohon kepada ayah dan ibu untuk membelikan shalwar kameez (pakaian seragam di Pakistan). Dia bertengkar dengan ibu, yang marah dan memukul dia. “kata saudara Kamran, Saleem seperti yang dilansir dari Daily Mail, 5 April 2012. Ibu Kamran dan Saleem bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga di tempat tinggalnya di kota Shabqadar, barat daya Propinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan.
Nasib Kamran semakin tragis, setelah saat dibawa ke rumah sakit, keluarganya tidak mampu membayar biaya rumah sakit, sehingga tidak mendapatkan perawatan yang maksimal. Kamran meninggal beberapa waktu kemudian.
Saleem juga menceritakan bagaimana keluarganya harus bertahan hidup dengan susah payah, walaupun Kamran mendapatkan beasiswa. Saleem menuturkan kalau sang ayah, gagal mendapatkan pekerjaan di Arab Saudi, walaupun telah meminjam banyak uang untuk mendapatkan visa.
Kamran bersama sang kakak, sering mengunpulkan barang logam di jalanan dan kemudian menjualnya agar bisa membantu ekonomi keluarganya. Berdasarkan data bank dunia, saat ini hampir 60 persen dari 17 juta penduduk Pakistan hidup di bawah garis kemiskinan.
Penyebab perawan kehilangan keperawanannya sebenarnya ada beberapa sebab dasar kenapa banyak anak perempuan melakukan hubungan seks pranikah :
1. Umur menikah semakin tua karena berbagai alasan. usia bekerja pun semakin tua. jaman dulu banyak gadis belias usia belasan tahun sudah menikah. seharusnya jika sudah punya pacar yang kerja langsung dinikahkan saja.
2. Budaya kita sekarang sudah berubah akibat tayangan televisi yang kebablasan sehingga anak-anak sekarang melupakan budaya orangtua yang sangat tabu masalah seks. akibatnya s3x bagi kawula muda dianggap hal yang trendy dan gaya hidup keren.
3. Agama yang lemah karena kurang didikan orangtua dan guru sehingga banyak yang atheis tidak takut akan dosa dan hukuman tuhan di akhirat.
4. Hukum di indonesia kurang membuat takut pria hidung belang, wanita nakal dan orang biasa-biasa saja yang mau zinah. padahal zina itu dilarang agama dengan hukuman agama yang sangat berat. seks bebas sama saja dengan penyakit masyarakat dan senjata biologis pemusnah masal dari penyakit menulas seksual (pms). pemerintah terkesat tutup mata masalah ini.
5. Sekolah banyak yang kurang peduli dengan hal ini terutama di kota-kota marak seks bebas. para siswa dibiarkan terlibat budaya yang berbahaya bagi masa depan mereka tanpa ada solusi yang tepat bagaimana menghentikannya.
6. Banyak pria hidung belang dan germo/mucikari yang mencari mangsa baru dengan berbagai cara tanpa tanpa banyak ditindak oleh aparat kepolisian. hukuman bagi mereka pun sangat rendah walaupun telah merengut masa depan banyak perempuan.
7. Perekonomian yang tidak berkembang signifikan dan merata sehingga banyak perempuan yang mencari jalan pintas untuk mendapat uang banyak dengan cara yang haram yaitu menjual diri menjadi pekerja seks komersial (psk) alias wanita tuna susila (wts). seharusnya abg-abg yang ingin bekerja diberi lapangan pekerjaan namun yang sudah dewasa pun banyak yang menganggur dan miskin. pemerintah, investor dan orang kreatif inovatif punya andil besar dalam memakmurkan suatu wilayah. banyak yang kepepet butuh uang akhirnya coba-coba jual diri.
Memang ironis tetapi itulah yang terjadi. pilihlah wanita baik-baik sebagai isteri anda. dan semoga saja masih tersisa perawan buat Anda:
Jangan Lupa di Like ya Gan....!!!

Lihatlah Saja sobat kasus di Indonesia memang selalu tambah mengerikan, apalagi yang satu ini gan pembuatan video yang senonoh dalam peran ini tiga orang laki-laki dalam pembuatan film porno bertugas ganda. Selain sebagai sutradara, mereka merangkap sebagai pemeran pria dalam film yang tengah diproduksinya.
Sedangkan bintang utama wanita dalam kasus ini terungkap sebagai seorang PSK yang sengaja mereka sewa untuk pembuatan film ini. "MN adalah PSK yang mereka sewa untuk membintangi film produksi mereka ini. Sedangkan pemeran pria adalah mereka sendiri yang juga merangkap sebagai sutradara," jelas Imron, Senin (12/3/2012).
Kuat dugaan film yang akan mereka produksi ini akan dipasarkan secara online. Hal tersebut terlihat dari peralatan yang mereka gunakan tergolong profesional untuk pembuatan sebuah film. Petugas masih menyelidiki kasus ini, termasuk kemungkinan sudah adanya film produksi mereka yang sudah diedarkan.
Salah seorang pelaku mengatakan, mereka menyewa PSK untuk dijadikan model dalam film mereka seharga Rp 250 ribu. Kemudian mereka menyewa satu kamar di hotel tersebut sebagai tempat syuting film produksi mereka ini. "Saya janjikan bonus kepada MN bila adegan demi adegan sudah selesai direkam" ucap DN.
Sebelumnya diberitakan, Polres Bogor mengamankan empat pelaku pembuatan film porno di salah satu hotel di Kawasan Parung Kabupaten Bogor. Keempat pelaku tersebut masing-masing Ramadona (35), Jaenal (37), Deni (30) dan seorang wanita berinisial MN alias Lilis (25). Saat ini para pelaku mendekam di sel tahanan Polres Bogor untuk pemeriksaan.
Petugas menangkap keempatnya, Minggu (11/3/2012) malam di sebuah hotel di Kawasan Parung Kabupaten Bogor. Saat ditangkap, dua pelaku tengah melakukan adegan porno sementara pelaku lainnya tengah merekam adegan yang diperagakan rekannya.

Jangan Lupa di Like ya Gan....!!!
Source: inilahdotcom
Sedangkan bintang utama wanita dalam kasus ini terungkap sebagai seorang PSK yang sengaja mereka sewa untuk pembuatan film ini. "MN adalah PSK yang mereka sewa untuk membintangi film produksi mereka ini. Sedangkan pemeran pria adalah mereka sendiri yang juga merangkap sebagai sutradara," jelas Imron, Senin (12/3/2012).
Kuat dugaan film yang akan mereka produksi ini akan dipasarkan secara online. Hal tersebut terlihat dari peralatan yang mereka gunakan tergolong profesional untuk pembuatan sebuah film. Petugas masih menyelidiki kasus ini, termasuk kemungkinan sudah adanya film produksi mereka yang sudah diedarkan.
Salah seorang pelaku mengatakan, mereka menyewa PSK untuk dijadikan model dalam film mereka seharga Rp 250 ribu. Kemudian mereka menyewa satu kamar di hotel tersebut sebagai tempat syuting film produksi mereka ini. "Saya janjikan bonus kepada MN bila adegan demi adegan sudah selesai direkam" ucap DN.
Sebelumnya diberitakan, Polres Bogor mengamankan empat pelaku pembuatan film porno di salah satu hotel di Kawasan Parung Kabupaten Bogor. Keempat pelaku tersebut masing-masing Ramadona (35), Jaenal (37), Deni (30) dan seorang wanita berinisial MN alias Lilis (25). Saat ini para pelaku mendekam di sel tahanan Polres Bogor untuk pemeriksaan.
Petugas menangkap keempatnya, Minggu (11/3/2012) malam di sebuah hotel di Kawasan Parung Kabupaten Bogor. Saat ditangkap, dua pelaku tengah melakukan adegan porno sementara pelaku lainnya tengah merekam adegan yang diperagakan rekannya.
Jangan Lupa di Like ya Gan....!!!
Source: inilahdotcom

Begini kisahku dengan majikan pertama yang kubaca lowongannya di koran. Dia mencari prt untuk mengurus rumah kontrakannya karena ia sibuk bekerja. Aku wajib membersihkan rumah, memasak, mencuci, belanja dll, pokoknya seluruh pekerjaan rumah tangga. Untungnya aku menguasai semuanya sehingga tidak menyulitkan. Apalagi gajinya lumayan besar plus aku bebas makan, minum serta berobat kalau sakit.
Manajer sekitar 35 tahunan itu bernama Pak S, asal Medan dan sedang ditugasi di kotaku membangun suatu pabrik. Mungkin sekitar 2 tahun baru proyek itu selesai dan selama itu ia mendapat fasilitas rumah kontrakan. Ia sendirian. Istri dan anaknya tak dibawa serta karena takut mengganggu sekolahnya kalau berpindah-pindah.
Sebagai wanita Jawa berusia 25 tahun mula-mula aku agak takut menghadapi kekasaran orang etnis itu, namun setelah beberapa minggu akupun terbiasa dengan logat kerasnya. Pertama dulu memang kukira ia marah, namun sekarang aku tahu bahwa kalau ia bersuara keras memang sudah pembawaan. Kadang ia bekerja sampai malam. Sedangkan kebiasaanku setiap petang adalah menunggunya setelah menyiapkan makan malam. Sambil menunggu, aku nonton TV di ruang tengah, sambil duduk di hamparan permadani lebar di situ. Begitu suara mobilnya terdengar, aku bergegas membuka pintu pagar dan garasi dan menutupnya lagi setelah ia masuk.
“Tolong siapkan air panas, Yem,” suruhnya suatu petang, “Aku kurang enak badan.” Akupun bergegas menjerang air dan menyiapkan bak kecil di kamar mandi di kamarnya. Kulihat ia menjatuhkan diri di kasurnya tanpa melepas sepatunya. Setelah mengisi bak air dengan air secukupnya aku berbalik keluar. Tapi melihat Pak Siregar masih tiduran tanpa melepas sepatu, akupun berinisiatif.
“Sepatunya dilepas ya, pak,” kataku sambil menjangkau sepatunya.
“Heeh,” sahutnya mengiyakan. Kulepas sepatu dan kaos kakinya lalu kuletakkan di bawah ranjang.
“Tubuh bapak panas sekali ya?” tanyaku karena merasakan hawa panas keluar dari tubuhnya. “Bapak masuk angin, mau saya keroki?” tawarku sebagaimana aku sering lakukan di dalam keluargaku bila ada yang masuk angin.
“Keroki bagaimana, Yem?” Baru kuingat bahwa ia bukan orang Jawa dan tidak tahu apa itu kerokan. Maka sebisa mungkin kujelaskan.
“Coba saja, tapi kalau sakit aku tak mau,” katanya. Aku menyiapkan peralatan lalu menuangkan air panas ke bak mandi.
“Sekarang bapak cuci muka saja dengan air hangat, tidak usah mandi,” saranku. Dan ia menurut. Kusiapkan handuk dan pakaiannya. Sementara ia di kamar mandi aku menata kasurnya untuk kerokan. Tak lama ia keluar kamar mandi tanpa baju dan hanya membalutkan handuknya di bagian bawah. Aku agak jengah. Sambil membaringkan diri di ranjang ia menyuruhku, “Tolong kau ambil handuk kecil lalu basahi dan seka badanku yang berkeringat ini.” Aku menurut. Kuambil washlap lalu kucelup ke sisa air hangat di kamar mandi, kemudian seperti memandikan bayi dadanya yang berbulu lebat kuseka, termasuk ketiak dan punggungnya sekalian.
“Bapak mau makan dulu?” tanyaku.
“Tak usahlah. Kepala pusing gini mana ada nafsu makan?” jawabnya dengan logat daerah, “Cepat kerokin aja, lalu aku mau tidur.”
Maka ia kusuruh tengkurap lalu mulai kuborehi punggungnya dengan minyak kelapa campur minyak kayu putih. Dengan hati-hati kukerok dengan uang logam lima puluhan yang halus. Punggung itu terasa keras. Aku berusaha agar ia tidak merasa sakit. Sebentar saja warna merah sudah menggarisi punggungnya. Dua garis merah di tengah dan lainnya di sisi kanan.
“Kalau susah dari samping, kau naik sajalah ke atas ranjang, Yem,” katanya mengetahui posisiku mengerokku kurang enak. Ia lalu menggeser ke tengah ranjang.
“Maaf, pak,” akupun memberanikan diri naik ke ranjang, bersedeku di samping kanannya lalu berpindah ke kirinya setelah bagian kanan selesai.
“Sekarang dadanya, pak,” kataku. Lalu ia berguling membalik, entah sengaja entah tidak handuk yang membalut pahanya ternyata sudah kendor dan ketika ia membalik handuk itu terlepas, kontan nampaklah senjata pamungkasnya yang cukup besar. Aku jadi tergagap malu.
“Ups, maaf Yem,” katanya sambil membetulkan handuk menutupi kemaluannya itu. Sekedar ditutupkan saja, tidak diikat ke belakang. Sebagian pahanya yang berbulu nampak kekar.
“Eh, kamu belum pernah lihat barangnya laki-laki, Yem?”
“Bbb..belum, pak,” jawabku. Selama ini aku baru melihat punya adikku yang masih SD.
“Nanti kalau sudah kawin kamu pasti terbiasalah he he he..” guraunya. Aku tersipu malu sambil melanjutkan kerokanku di dadanya. Bulu-bulu dada yang tersentuh tanganku membuatku agak kikuk. Apalagi sekilas nampak Pak S malah menatap wajahku.
“Biasanya orang desa seusia kau sudah kawinlah. Kenapa kau belum?”
“Saya pingin kerja dulu, pak.”
“Kau tak ingin kawin?”
“Ingin sih pak, tapi nanti saja.”
“Kawin itu enak kali, Yem, ha ha ha.. Tak mau coba? Ha ha ha..” Wajahku pasti merah panas.
“Sudah selesai, pak,” kataku menyelesaikan kerokan terakhir di dadanya.
“Sabar dululah, Yem. Jangan buru-buru. Kerokanmu enak kali. Tolong kau ambil minyak gosok di mejaku itu lalu gosokin dadaku biar hangat,” pintanya. Aku menurut. Kuambil minyak gosok di meja lalu kembali naik ke ranjang memborehi dadanya.
“Perutnya juga, Yem,” pintanya lagi sambil sedikit memerosotkan handuk di bagian perutnya. Pelan kuborehkan minyak ke perutnya yang agak buncit itu. Handuknya nampak bergerak-gerak oleh benda di bawahnya, dan dari sela-selanya kulihat rambut-rambut hitam. Aku tak berani membayangkan benda di bawah handuk itu. Namun bayangan itu segera jadi kenyataan ketika tangan Pak S menangkap tanganku sambil berbisik, “Terus gosok sampai bawah, Yem,” dan menggeserkan tanganku terus ke bawah sampai handuknya ikut terdorong ke bawah. Nampaklah rambut-rambut hitam lebat itu, lalu.. tanganku dipaksa berhenti ketika mencapai zakarnya yang menegang.
“Jangan, pak,” tolakku halus.
“Tak apa, Yem. Kau hanya mengocok-ngocok saja..” Ia menggenggamkan pusakanya ke tanganku dan menggerak-gerakkannya naik turun, seperti mengajarku bagaimana mengonaninya.
“Jangan, pak.. jangan..” protesku lemah. Tapi aku tak bisa beranjak dan hanya menuruti perlakuannya. Sampai aku mulai mahir mengocok sendiri.
“Na, gitu terus. Aku sudah lama tak ketemu istriku, Yem. Sudah tak tahan mau dikeluarin.. Kau harus bantu aku.. Kalau onani sendiri aku sudah sulit, Yem. Harus ada orang lain yang mengonani aku.. Tolong Yem, ya?” pintanya dengan halus. Aku jadi serba salah. Tapi tanganku yang menggenggam terus kugerakkan naik turun. Sekarang tangannya sudah berada di sisi kanan-kiri tubuhnya. Ia menikmati kocokanku sambil merem melek.
“Oh. Yem, nikmat kali kocokanmu.. Iya, pelan-pelan aja Yem. Tak perlu tergesa-gesa.. oohh.. ugh..” Tiba-tiba tangan kanannya sudah menjangkau tetekku dan meremasnya. Aku kaget, “Jangan pak!” sambil berkelit dan menghentikan kocokan.
“Maaf, Yem. Aku benar-benar tak tahan. Biasanya aku langsung peluk istriku. Maaf ya Yem. Sekarang kau kocoklah lagi, aku tak nakal lagi..” Sambil tangannya membimbing tanganku kembali ke arah zakarnya. Aku beringsut mendekat kembali sambil takut-takut. Tapi ternyata ia memegang perkataannya. Tangannya tak nakal lagi dan hanya menikmati kocokanku.
Sampai pegal hampir 1/2 jam aku mengocok namun ia tak mau berhenti juga.
“Sudah ya, pak,” pintaku.
“Jangan dulu, Yem. Nantilah sampai keluar..”
“Keluar apanya, pak?” tanyaku polos.
“Masak kau belum tahu? Keluar spermanyalah.. Paling nggak lama lagi.. Tolong ya, Yem, biar aku cepat sehat lagi.. Besok kau boleh libur sehari dah..”
Ingin tahu bagaimana spermanya keluar, aku mengocoknya lebih deras lagi. Zakarnya semakin tegang dan merah berurat di sekelilingnya. Genggaman tanganku hampir tak muat. 15 menit kemudian.
“Ugh, lihat Yem, sudah mau keluar. Terus kocok, teruuss.. Ugh..” Tiba-tiba tubuhnya bergetar-getar dan.. jreet.. jret.. cret.. cret.. cairan putih susu kental muncrat dari ujung zakarnya ke atas sperti air muncrat. Aku mengocoknya terus karena zakar itu masih terus memuntahkan spermanya beberapa kali. Tanganku yang kena sperma tak kupedulikan. Aku ingin melihat bagaimana pria waktu keluar sperma. Setelah spermanya berhenti dan dia nampak loyo, aku segera ke kamar mandi mencuci tangan.
“Tolong cucikan burungku sekalian, Yem, pake washlap tadi..” katanya padaku. Lagi-lagi aku menurut. Kulap dengan air hangat zakar yang sudah tak tegang lagi itu serta sekitar selangkangannya yang basah kena sperma..
“Sudah ya pak. Sekarang bapak tidur saja, biar sehat,” kataku sambil menyelimuti tubuh telanjangnya. Ia tak menjawab hanya memejamkan matanya dan sebentar kemudian dengkur halusnya terdengar. Perlahan kutinggalkan kamarnya setelah mematikan lampu. Malam itu aku jadi sulit tidur ingat pengalaman mengonani Pak S tadi. Ini benar-benar pengalaman pertamaku. Untung ia tidak memperkosaku, pikirku.
Namun hari-hari berikut, kegiatan tadi jadi semacam acara rutin kami. Paling tidak seminggu dua kali pasti terjadi aku disuruh mengocoknya. Lama-lama akupun jadi terbiasa. Toh selama ini tak pernah terjadi perkosaan atas vaginaku. Namun yang terjadi kemudian malah perkosaan atas mulutku. Ya, setelah tanganku tak lagi memuaskan, Pak S mulai memintaku mengonani dengan mulutku. Mula-mula aku jelas menolak karena jijik. Tapi ia setengah memaksa dengan menjambak rambutku dan mengarahkan mulutku ke pusakanya.
“Cobalah, Yem. Tak apa-apa.. Jilat-jilat aja dulu. Sudah itu baru kamu mulai kulum lalu isep-isep. Kalau sudah terbiasa baru keluar masukkan di mulutmu sampai spermanya keluar. Nanti aku bilang kalau mau keluar..” Awalnya memang ia menepati, setiap hendak keluar ia ngomong lalu cepat-cepat kulepaskan mulutku dari pusakanya sehingga spermanya menyemprot di luar mulut. Namun setelah berlangsung 2-3 minggu, suatu saat ia sengaja tidak ngomong, malah menekan kepalaku lalu menyemprotkan spermanya banyak-banyak di mulutku sampai aku muntah-muntah. Hueekk..! Jijik sekali rasanya ketika cairan kental putih asin agak amis itu menyemprot tenggorokanku. Ia memang minta maaf karena hal ini, tapi aku sempat mogok beberapa hari dan tak mau mengoralnya lagi karena marah. Namun hatiku jadi tak tega ketika ia dengan memelas memintaku mengoralnya lagi karena sudah beberapa bulan ini tak sempat pulang menjenguk istrinya. Anehnya, ketika setiap hendak keluar sperma ia ngomong, aku justru tidak melepaskan zakarnya dari kulumanku dan menerima semprotan sperma itu. Lama-lama ternyata tidak menjijikkan lagi.
Demikianlah akhirnya aku semakin lihai mengoralnya. Sudah tak terhitung berapa banyak spermanya kutelan, memasuki perutku tanpa kurasakan lagi. Asin-asin kental seperti fla agar-agar. Akibat lain, aku semakin terbiasa tidur dipeluk Pak S. Bagaimana lagi, setelah capai mengoralnya aku jadi enggan turun dari ranjangnya untuk kembali ke kamarku. Mataku pasti lalu mengantuk, dan lagi, toh ia tak akan memperkosaku. Maka begitu acara oral selesai kami tidur berdampingan. Ia telanjang, aku pakai daster, dan kami tidur dalam satu selimut. Tangannya yang kekar memelukku. Mula-mula aku takut juga tapi lama-lama tangan itu seperti melindungiku juga. Sehingga kubiarkan ketika memelukku, bahkan akhir-akhir ini mulai meremasi tetek atau pantatku, sementara bibirnya menciumku. Sampai sebatas itu aku tak menolak, malah agak menikmati ketika ia menelentangkan tubuhku dan menindih dengan tubuh bugilnya.
“Oh, Yem.. Aku nggak tahan, Yem.. buka dastermu ya?” pintanya suatu malam ketika tubuhnya di atasku.
“Jangan pak,” tolakku halus.
“Kamu pakai beha dan CD saja, Yem, gak bakal hamil. Rasanya pasti lebih nikmat..” rayunya sambil tangannya mulai mengkat dasterku ke atas.
“Jangan pak, nanti keterusan saya yang celaka. Begini saja sudah cukup pak..” rengekku.
“Coba dulu semalam ini saja, Yem, kalau tidak nikmat besok tidak diulang lagi..” bujuknya sambil meneruskan menarik dasterku ke atas dan terus ke atas sampai melewati kepalaku sebelum aku sempat menolak lagi.
“Woow, tubuhmu bagus, Yem,” pujinya melihat tubuh coklatku dengan beha nomor 36.
“Malu ah, Pak kalau diliatin terus,” kataku manja sambil menutup dengan selimut. Tapi sebelum selimut menutup tubuhku, Pak S sudah lebih dulu masuk ke dalam selimut itu lalu kembali menunggangi tubuhku. Bibirku langsung diserbunya. Lidahku dihisap, lama-lama akupun ikut membalasnya. Usai saling isep lidah. Lidahnya mulai menuruni leherku. Aku menggelinjang geli. Lebih lagi sewaktu lidahnya menjilat-jilat pangkal payudaraku sampai ke sela-sela tetekku hingga mendadak seperti gemas ia mengulum ujung behaku dan mengenyut-ngenyutnya bergantian kiri-kanan. Spontan aku merasakan sensasi rasa yang luar biasa nikmat. Refleks tanganku memeluk kepalanya. Sementara di bagian bawah aku merasa pahanya menyibakkan pahaku dan menekankan zakarnya tepat di atas CD-ku.
“Ugh.. aduuh.. nikmat sekali,” aku bergumam sambil menggelinjang menikmati cumbuannya. Aku terlena dan entah kapan dilepasnya tahu-tahu payudaraku sudah tak berbeha lagi. Pak S asyik mengenyut-ngenyut putingku sambil menggenjot-genjotkan zakarnya di atas CD-ku.
“Jangan buka CD saya, pak,” tolakku ketika merasakan tangannya sudah beraksi memasuki CDku dan hendak menariknya ke bawah. Ia urungkan niatnya tapi tetap saja dua belah tangannya parkir di pantatku dan meremas-remasnya. Aku merinding dan meremang dalam posisi kritis tapi nikmat ini. Tubuh kekar Pak S benar-benar mendesak-desak syahwatku.
Jadilah semalaman itu kami tak tidur. Sibuk bergelut dan bila sudah tak tahan Pak Siregar meminta aku mengoralnya. Hampir subuh ketika kami kecapaian dan tidur berpelukan dengan tubuh bugil kecuali aku pakai CD. Aku harus mampu bertahan, tekadku. Pak S boleh melakukan apa saja pada tubuhku kecuali memerawaniku.
Tapi tekad tinggal tekad. Setelah tiga hari kami bersetubuh dengan cara itu, pada malam keempat Pak S mengeluarkan jurusnya yang lebih hebat dengan menjilati seputar kemaluanku meskipun masih ber-CD. Aku berkelojotan nikmat dan tak mampu menolak lagi ketika ia perlahan-lahan menggulung CD ku ke bawah dan melepas dari batang kakiku. Lidahnya menelusupi lubang V-ku membuatku bergetar-getar dan akhirnya orgasme berulang-ulang. Menjelang orgasme yang kesekian kali, sekonyong-konyong Pak Siregar menaikkan tubuhnya dan mengarahkan zakarnya ke lubang nikmatku. Aku yang masih belum sadar apa yang terjadi hanya merasakan lidahnya jadi bertambah panjang dan panjang sampai.. aduuhh.. menembus selaput daraku.
“Pak, jangan pak! Jangan!” Protesku sambil memukuli punggunya. Tetapi pria ini begitu kuat. Sekali genjot masuklah seluruh zakarnya. Menghunjam dalam dan sejurus kemudian aku merasa memiawku dipompanya cepat sekali. Keluar masuk naik turun, tubuhku sampai tergial-gial, terangkat naik turun di atas ranjang pegas itu. Air mataku yang bercampur dengan rasa nikmat di kemaluanku sudah tak berarti. Akhirnya hilang sudah perawanku. Aku hanya bisa pasrah. Bahkan ikut menikmati persetubuhan itu.
Setelah kurenung-renungkan kemudian, ternyata selama ini aku telah diperkosa secara halus karena kebodohanku yang tidak menyadari muslihat lelaki. Sedikit demi sedikit aku digiring ke situasi dimana hubungan seks jadi tak sakral lagi, dan hanya mengejar kenikmatan demi kenikmatan. Hanya mencari orgasme dan ejakulasi, menebar air mani!
Hampir dua tahun kami melakukannya setiap hari bisa dua atau tiga kali. Pak S benar-benar memanfaatkan tubuhku untuk menyalurkan kekuatan nafsu seksnya yang gila-gilaan, tak kenal lelah, pagi (bangun tidur), siang (kalau dia istirahat makan di rumah) sampai malam hari sebelum tidur (bisa semalam suntuk). Bahkan pernah ketika dia libur tiga hari, kami tidak beranjak dari ranjang kecuali untuk makan dan mandi. Aku digempur habis-habisan sampai tiga hari berikutnya tak bisa bangun karena rasa perih di V-ku. Aku diberinya pil kb supaya tidak hamil. Dan tentu saja banyak uang, cukup untuk menyekolahkan adik-adikku. Sampai akhirnya habislah proyeknya dan ia harus pulang ke kota asalnya. Aku tak mau dibawanya karena terlalu jauh dari orang tuaku. Ia janji akan tetap mengirimi aku uang, namun janji itu hanya ditepatinya beberapa bulan. Setelah itu berhenti sama sekali dan putuslah komunikasi kami. Rumahnya pun aku tak pernah tahu dan akupun kembali ke desa dengan hati galau.....
Manajer sekitar 35 tahunan itu bernama Pak S, asal Medan dan sedang ditugasi di kotaku membangun suatu pabrik. Mungkin sekitar 2 tahun baru proyek itu selesai dan selama itu ia mendapat fasilitas rumah kontrakan. Ia sendirian. Istri dan anaknya tak dibawa serta karena takut mengganggu sekolahnya kalau berpindah-pindah.
Sebagai wanita Jawa berusia 25 tahun mula-mula aku agak takut menghadapi kekasaran orang etnis itu, namun setelah beberapa minggu akupun terbiasa dengan logat kerasnya. Pertama dulu memang kukira ia marah, namun sekarang aku tahu bahwa kalau ia bersuara keras memang sudah pembawaan. Kadang ia bekerja sampai malam. Sedangkan kebiasaanku setiap petang adalah menunggunya setelah menyiapkan makan malam. Sambil menunggu, aku nonton TV di ruang tengah, sambil duduk di hamparan permadani lebar di situ. Begitu suara mobilnya terdengar, aku bergegas membuka pintu pagar dan garasi dan menutupnya lagi setelah ia masuk.
“Tolong siapkan air panas, Yem,” suruhnya suatu petang, “Aku kurang enak badan.” Akupun bergegas menjerang air dan menyiapkan bak kecil di kamar mandi di kamarnya. Kulihat ia menjatuhkan diri di kasurnya tanpa melepas sepatunya. Setelah mengisi bak air dengan air secukupnya aku berbalik keluar. Tapi melihat Pak Siregar masih tiduran tanpa melepas sepatu, akupun berinisiatif.
“Sepatunya dilepas ya, pak,” kataku sambil menjangkau sepatunya.
“Heeh,” sahutnya mengiyakan. Kulepas sepatu dan kaos kakinya lalu kuletakkan di bawah ranjang.
“Tubuh bapak panas sekali ya?” tanyaku karena merasakan hawa panas keluar dari tubuhnya. “Bapak masuk angin, mau saya keroki?” tawarku sebagaimana aku sering lakukan di dalam keluargaku bila ada yang masuk angin.
“Keroki bagaimana, Yem?” Baru kuingat bahwa ia bukan orang Jawa dan tidak tahu apa itu kerokan. Maka sebisa mungkin kujelaskan.
“Coba saja, tapi kalau sakit aku tak mau,” katanya. Aku menyiapkan peralatan lalu menuangkan air panas ke bak mandi.
“Sekarang bapak cuci muka saja dengan air hangat, tidak usah mandi,” saranku. Dan ia menurut. Kusiapkan handuk dan pakaiannya. Sementara ia di kamar mandi aku menata kasurnya untuk kerokan. Tak lama ia keluar kamar mandi tanpa baju dan hanya membalutkan handuknya di bagian bawah. Aku agak jengah. Sambil membaringkan diri di ranjang ia menyuruhku, “Tolong kau ambil handuk kecil lalu basahi dan seka badanku yang berkeringat ini.” Aku menurut. Kuambil washlap lalu kucelup ke sisa air hangat di kamar mandi, kemudian seperti memandikan bayi dadanya yang berbulu lebat kuseka, termasuk ketiak dan punggungnya sekalian.
“Bapak mau makan dulu?” tanyaku.
“Tak usahlah. Kepala pusing gini mana ada nafsu makan?” jawabnya dengan logat daerah, “Cepat kerokin aja, lalu aku mau tidur.”
Maka ia kusuruh tengkurap lalu mulai kuborehi punggungnya dengan minyak kelapa campur minyak kayu putih. Dengan hati-hati kukerok dengan uang logam lima puluhan yang halus. Punggung itu terasa keras. Aku berusaha agar ia tidak merasa sakit. Sebentar saja warna merah sudah menggarisi punggungnya. Dua garis merah di tengah dan lainnya di sisi kanan.
“Kalau susah dari samping, kau naik sajalah ke atas ranjang, Yem,” katanya mengetahui posisiku mengerokku kurang enak. Ia lalu menggeser ke tengah ranjang.
“Maaf, pak,” akupun memberanikan diri naik ke ranjang, bersedeku di samping kanannya lalu berpindah ke kirinya setelah bagian kanan selesai.
“Sekarang dadanya, pak,” kataku. Lalu ia berguling membalik, entah sengaja entah tidak handuk yang membalut pahanya ternyata sudah kendor dan ketika ia membalik handuk itu terlepas, kontan nampaklah senjata pamungkasnya yang cukup besar. Aku jadi tergagap malu.
“Ups, maaf Yem,” katanya sambil membetulkan handuk menutupi kemaluannya itu. Sekedar ditutupkan saja, tidak diikat ke belakang. Sebagian pahanya yang berbulu nampak kekar.
“Eh, kamu belum pernah lihat barangnya laki-laki, Yem?”
“Bbb..belum, pak,” jawabku. Selama ini aku baru melihat punya adikku yang masih SD.
“Nanti kalau sudah kawin kamu pasti terbiasalah he he he..” guraunya. Aku tersipu malu sambil melanjutkan kerokanku di dadanya. Bulu-bulu dada yang tersentuh tanganku membuatku agak kikuk. Apalagi sekilas nampak Pak S malah menatap wajahku.
“Biasanya orang desa seusia kau sudah kawinlah. Kenapa kau belum?”
“Saya pingin kerja dulu, pak.”
“Kau tak ingin kawin?”
“Ingin sih pak, tapi nanti saja.”
“Kawin itu enak kali, Yem, ha ha ha.. Tak mau coba? Ha ha ha..” Wajahku pasti merah panas.
“Sudah selesai, pak,” kataku menyelesaikan kerokan terakhir di dadanya.
“Sabar dululah, Yem. Jangan buru-buru. Kerokanmu enak kali. Tolong kau ambil minyak gosok di mejaku itu lalu gosokin dadaku biar hangat,” pintanya. Aku menurut. Kuambil minyak gosok di meja lalu kembali naik ke ranjang memborehi dadanya.
“Perutnya juga, Yem,” pintanya lagi sambil sedikit memerosotkan handuk di bagian perutnya. Pelan kuborehkan minyak ke perutnya yang agak buncit itu. Handuknya nampak bergerak-gerak oleh benda di bawahnya, dan dari sela-selanya kulihat rambut-rambut hitam. Aku tak berani membayangkan benda di bawah handuk itu. Namun bayangan itu segera jadi kenyataan ketika tangan Pak S menangkap tanganku sambil berbisik, “Terus gosok sampai bawah, Yem,” dan menggeserkan tanganku terus ke bawah sampai handuknya ikut terdorong ke bawah. Nampaklah rambut-rambut hitam lebat itu, lalu.. tanganku dipaksa berhenti ketika mencapai zakarnya yang menegang.
“Jangan, pak,” tolakku halus.
“Tak apa, Yem. Kau hanya mengocok-ngocok saja..” Ia menggenggamkan pusakanya ke tanganku dan menggerak-gerakkannya naik turun, seperti mengajarku bagaimana mengonaninya.
“Jangan, pak.. jangan..” protesku lemah. Tapi aku tak bisa beranjak dan hanya menuruti perlakuannya. Sampai aku mulai mahir mengocok sendiri.
“Na, gitu terus. Aku sudah lama tak ketemu istriku, Yem. Sudah tak tahan mau dikeluarin.. Kau harus bantu aku.. Kalau onani sendiri aku sudah sulit, Yem. Harus ada orang lain yang mengonani aku.. Tolong Yem, ya?” pintanya dengan halus. Aku jadi serba salah. Tapi tanganku yang menggenggam terus kugerakkan naik turun. Sekarang tangannya sudah berada di sisi kanan-kiri tubuhnya. Ia menikmati kocokanku sambil merem melek.
“Oh. Yem, nikmat kali kocokanmu.. Iya, pelan-pelan aja Yem. Tak perlu tergesa-gesa.. oohh.. ugh..” Tiba-tiba tangan kanannya sudah menjangkau tetekku dan meremasnya. Aku kaget, “Jangan pak!” sambil berkelit dan menghentikan kocokan.
“Maaf, Yem. Aku benar-benar tak tahan. Biasanya aku langsung peluk istriku. Maaf ya Yem. Sekarang kau kocoklah lagi, aku tak nakal lagi..” Sambil tangannya membimbing tanganku kembali ke arah zakarnya. Aku beringsut mendekat kembali sambil takut-takut. Tapi ternyata ia memegang perkataannya. Tangannya tak nakal lagi dan hanya menikmati kocokanku.
Sampai pegal hampir 1/2 jam aku mengocok namun ia tak mau berhenti juga.
“Sudah ya, pak,” pintaku.
“Jangan dulu, Yem. Nantilah sampai keluar..”
“Keluar apanya, pak?” tanyaku polos.
“Masak kau belum tahu? Keluar spermanyalah.. Paling nggak lama lagi.. Tolong ya, Yem, biar aku cepat sehat lagi.. Besok kau boleh libur sehari dah..”
Ingin tahu bagaimana spermanya keluar, aku mengocoknya lebih deras lagi. Zakarnya semakin tegang dan merah berurat di sekelilingnya. Genggaman tanganku hampir tak muat. 15 menit kemudian.
“Ugh, lihat Yem, sudah mau keluar. Terus kocok, teruuss.. Ugh..” Tiba-tiba tubuhnya bergetar-getar dan.. jreet.. jret.. cret.. cret.. cairan putih susu kental muncrat dari ujung zakarnya ke atas sperti air muncrat. Aku mengocoknya terus karena zakar itu masih terus memuntahkan spermanya beberapa kali. Tanganku yang kena sperma tak kupedulikan. Aku ingin melihat bagaimana pria waktu keluar sperma. Setelah spermanya berhenti dan dia nampak loyo, aku segera ke kamar mandi mencuci tangan.
“Tolong cucikan burungku sekalian, Yem, pake washlap tadi..” katanya padaku. Lagi-lagi aku menurut. Kulap dengan air hangat zakar yang sudah tak tegang lagi itu serta sekitar selangkangannya yang basah kena sperma..
“Sudah ya pak. Sekarang bapak tidur saja, biar sehat,” kataku sambil menyelimuti tubuh telanjangnya. Ia tak menjawab hanya memejamkan matanya dan sebentar kemudian dengkur halusnya terdengar. Perlahan kutinggalkan kamarnya setelah mematikan lampu. Malam itu aku jadi sulit tidur ingat pengalaman mengonani Pak S tadi. Ini benar-benar pengalaman pertamaku. Untung ia tidak memperkosaku, pikirku.
Namun hari-hari berikut, kegiatan tadi jadi semacam acara rutin kami. Paling tidak seminggu dua kali pasti terjadi aku disuruh mengocoknya. Lama-lama akupun jadi terbiasa. Toh selama ini tak pernah terjadi perkosaan atas vaginaku. Namun yang terjadi kemudian malah perkosaan atas mulutku. Ya, setelah tanganku tak lagi memuaskan, Pak S mulai memintaku mengonani dengan mulutku. Mula-mula aku jelas menolak karena jijik. Tapi ia setengah memaksa dengan menjambak rambutku dan mengarahkan mulutku ke pusakanya.
“Cobalah, Yem. Tak apa-apa.. Jilat-jilat aja dulu. Sudah itu baru kamu mulai kulum lalu isep-isep. Kalau sudah terbiasa baru keluar masukkan di mulutmu sampai spermanya keluar. Nanti aku bilang kalau mau keluar..” Awalnya memang ia menepati, setiap hendak keluar ia ngomong lalu cepat-cepat kulepaskan mulutku dari pusakanya sehingga spermanya menyemprot di luar mulut. Namun setelah berlangsung 2-3 minggu, suatu saat ia sengaja tidak ngomong, malah menekan kepalaku lalu menyemprotkan spermanya banyak-banyak di mulutku sampai aku muntah-muntah. Hueekk..! Jijik sekali rasanya ketika cairan kental putih asin agak amis itu menyemprot tenggorokanku. Ia memang minta maaf karena hal ini, tapi aku sempat mogok beberapa hari dan tak mau mengoralnya lagi karena marah. Namun hatiku jadi tak tega ketika ia dengan memelas memintaku mengoralnya lagi karena sudah beberapa bulan ini tak sempat pulang menjenguk istrinya. Anehnya, ketika setiap hendak keluar sperma ia ngomong, aku justru tidak melepaskan zakarnya dari kulumanku dan menerima semprotan sperma itu. Lama-lama ternyata tidak menjijikkan lagi.
Demikianlah akhirnya aku semakin lihai mengoralnya. Sudah tak terhitung berapa banyak spermanya kutelan, memasuki perutku tanpa kurasakan lagi. Asin-asin kental seperti fla agar-agar. Akibat lain, aku semakin terbiasa tidur dipeluk Pak S. Bagaimana lagi, setelah capai mengoralnya aku jadi enggan turun dari ranjangnya untuk kembali ke kamarku. Mataku pasti lalu mengantuk, dan lagi, toh ia tak akan memperkosaku. Maka begitu acara oral selesai kami tidur berdampingan. Ia telanjang, aku pakai daster, dan kami tidur dalam satu selimut. Tangannya yang kekar memelukku. Mula-mula aku takut juga tapi lama-lama tangan itu seperti melindungiku juga. Sehingga kubiarkan ketika memelukku, bahkan akhir-akhir ini mulai meremasi tetek atau pantatku, sementara bibirnya menciumku. Sampai sebatas itu aku tak menolak, malah agak menikmati ketika ia menelentangkan tubuhku dan menindih dengan tubuh bugilnya.
“Oh, Yem.. Aku nggak tahan, Yem.. buka dastermu ya?” pintanya suatu malam ketika tubuhnya di atasku.
“Jangan pak,” tolakku halus.
“Kamu pakai beha dan CD saja, Yem, gak bakal hamil. Rasanya pasti lebih nikmat..” rayunya sambil tangannya mulai mengkat dasterku ke atas.
“Jangan pak, nanti keterusan saya yang celaka. Begini saja sudah cukup pak..” rengekku.
“Coba dulu semalam ini saja, Yem, kalau tidak nikmat besok tidak diulang lagi..” bujuknya sambil meneruskan menarik dasterku ke atas dan terus ke atas sampai melewati kepalaku sebelum aku sempat menolak lagi.
“Woow, tubuhmu bagus, Yem,” pujinya melihat tubuh coklatku dengan beha nomor 36.
“Malu ah, Pak kalau diliatin terus,” kataku manja sambil menutup dengan selimut. Tapi sebelum selimut menutup tubuhku, Pak S sudah lebih dulu masuk ke dalam selimut itu lalu kembali menunggangi tubuhku. Bibirku langsung diserbunya. Lidahku dihisap, lama-lama akupun ikut membalasnya. Usai saling isep lidah. Lidahnya mulai menuruni leherku. Aku menggelinjang geli. Lebih lagi sewaktu lidahnya menjilat-jilat pangkal payudaraku sampai ke sela-sela tetekku hingga mendadak seperti gemas ia mengulum ujung behaku dan mengenyut-ngenyutnya bergantian kiri-kanan. Spontan aku merasakan sensasi rasa yang luar biasa nikmat. Refleks tanganku memeluk kepalanya. Sementara di bagian bawah aku merasa pahanya menyibakkan pahaku dan menekankan zakarnya tepat di atas CD-ku.
“Ugh.. aduuh.. nikmat sekali,” aku bergumam sambil menggelinjang menikmati cumbuannya. Aku terlena dan entah kapan dilepasnya tahu-tahu payudaraku sudah tak berbeha lagi. Pak S asyik mengenyut-ngenyut putingku sambil menggenjot-genjotkan zakarnya di atas CD-ku.
“Jangan buka CD saya, pak,” tolakku ketika merasakan tangannya sudah beraksi memasuki CDku dan hendak menariknya ke bawah. Ia urungkan niatnya tapi tetap saja dua belah tangannya parkir di pantatku dan meremas-remasnya. Aku merinding dan meremang dalam posisi kritis tapi nikmat ini. Tubuh kekar Pak S benar-benar mendesak-desak syahwatku.
Jadilah semalaman itu kami tak tidur. Sibuk bergelut dan bila sudah tak tahan Pak Siregar meminta aku mengoralnya. Hampir subuh ketika kami kecapaian dan tidur berpelukan dengan tubuh bugil kecuali aku pakai CD. Aku harus mampu bertahan, tekadku. Pak S boleh melakukan apa saja pada tubuhku kecuali memerawaniku.
Tapi tekad tinggal tekad. Setelah tiga hari kami bersetubuh dengan cara itu, pada malam keempat Pak S mengeluarkan jurusnya yang lebih hebat dengan menjilati seputar kemaluanku meskipun masih ber-CD. Aku berkelojotan nikmat dan tak mampu menolak lagi ketika ia perlahan-lahan menggulung CD ku ke bawah dan melepas dari batang kakiku. Lidahnya menelusupi lubang V-ku membuatku bergetar-getar dan akhirnya orgasme berulang-ulang. Menjelang orgasme yang kesekian kali, sekonyong-konyong Pak Siregar menaikkan tubuhnya dan mengarahkan zakarnya ke lubang nikmatku. Aku yang masih belum sadar apa yang terjadi hanya merasakan lidahnya jadi bertambah panjang dan panjang sampai.. aduuhh.. menembus selaput daraku.
“Pak, jangan pak! Jangan!” Protesku sambil memukuli punggunya. Tetapi pria ini begitu kuat. Sekali genjot masuklah seluruh zakarnya. Menghunjam dalam dan sejurus kemudian aku merasa memiawku dipompanya cepat sekali. Keluar masuk naik turun, tubuhku sampai tergial-gial, terangkat naik turun di atas ranjang pegas itu. Air mataku yang bercampur dengan rasa nikmat di kemaluanku sudah tak berarti. Akhirnya hilang sudah perawanku. Aku hanya bisa pasrah. Bahkan ikut menikmati persetubuhan itu.
Setelah kurenung-renungkan kemudian, ternyata selama ini aku telah diperkosa secara halus karena kebodohanku yang tidak menyadari muslihat lelaki. Sedikit demi sedikit aku digiring ke situasi dimana hubungan seks jadi tak sakral lagi, dan hanya mengejar kenikmatan demi kenikmatan. Hanya mencari orgasme dan ejakulasi, menebar air mani!
Hampir dua tahun kami melakukannya setiap hari bisa dua atau tiga kali. Pak S benar-benar memanfaatkan tubuhku untuk menyalurkan kekuatan nafsu seksnya yang gila-gilaan, tak kenal lelah, pagi (bangun tidur), siang (kalau dia istirahat makan di rumah) sampai malam hari sebelum tidur (bisa semalam suntuk). Bahkan pernah ketika dia libur tiga hari, kami tidak beranjak dari ranjang kecuali untuk makan dan mandi. Aku digempur habis-habisan sampai tiga hari berikutnya tak bisa bangun karena rasa perih di V-ku. Aku diberinya pil kb supaya tidak hamil. Dan tentu saja banyak uang, cukup untuk menyekolahkan adik-adikku. Sampai akhirnya habislah proyeknya dan ia harus pulang ke kota asalnya. Aku tak mau dibawanya karena terlalu jauh dari orang tuaku. Ia janji akan tetap mengirimi aku uang, namun janji itu hanya ditepatinya beberapa bulan. Setelah itu berhenti sama sekali dan putuslah komunikasi kami. Rumahnya pun aku tak pernah tahu dan akupun kembali ke desa dengan hati galau.....
Jangan Lupa di Like ya Gan....!!!
Indonesia memang banyak sekali menyimpan cerita mistis, begitu juga dengan ibukota-nya yaitu Jakarta. Kawula muda tentunya tau segudang cerita tentang mistis yang ada di Jakarta. Nah berikut ini peringkat berdasarkan hasil telusuran Mass Darto. Mau tau kawula muda? yuk kita simak:
1. TPU Jeruk Purut.





1. TPU Jeruk Purut.

Pada tahun 1986, seorang penjaga makam TPUJeruk Purut yang sedang jaga malam melihat sesosok pastur tak berkepala melintas di antara makam. Pastur itu menenteng kepalanya sendiri dan di belakangnya, ikut seekor anjing. Konon, pastur ini "salah pulang".
Ia mencari-cari makamnya yang sebenarnya berada di unit Kristen TPU Tanah Kusir, sedangkan di TPU Jeruk Purut hanya ada unit Islam. Penjaga makam yang melihat pastur kepala buntung itu, hingga kini masih menjaga makam dan dianggap kuncen atau orang yang dituakan di TPU Jeruk Purut. Kesaksiannya kemudian menyebar luas se-Jakarta dan hingga kini "Sang Pastur Kepala Buntung" menjadi legenda horor di Jeruk Purut. Konon, jika Anda ingin menemui pastur legendaris ini, Anda harus datang pada malam Jumat dengan jumlah ganjil (sendiri atau bertiga).
2. Lintasan Kereta Bintaro.
Ia mencari-cari makamnya yang sebenarnya berada di unit Kristen TPU Tanah Kusir, sedangkan di TPU Jeruk Purut hanya ada unit Islam. Penjaga makam yang melihat pastur kepala buntung itu, hingga kini masih menjaga makam dan dianggap kuncen atau orang yang dituakan di TPU Jeruk Purut. Kesaksiannya kemudian menyebar luas se-Jakarta dan hingga kini "Sang Pastur Kepala Buntung" menjadi legenda horor di Jeruk Purut. Konon, jika Anda ingin menemui pastur legendaris ini, Anda harus datang pada malam Jumat dengan jumlah ganjil (sendiri atau bertiga).
2. Lintasan Kereta Bintaro.

Pada 19 Oktober 1987, terjadi kecelakaan kereta yang menewaskan ratusan orang di dekat Stasiun Sudimara,Bintaro. Di lintasannya sendiri juga sudah berulang kali terjadikecelakaan yang memakan korban nyawa. Konon, lintasan ini dianggapangker karena sering terdengar suara orang menangis dan menjerit.
3. Terowongan Casablanca.
3. Terowongan Casablanca.

Dibangun di atas tanah pekuburan,terowongan Casablanca, ketika pembongkaran kuburan tersebut, bahkan ada 1 jenazah yang masih utuh.
Dari terowongan Casablancasampai kira-kira radius 40 meter sesudahnya, banyak terjadi kecelakaanyang penyebabnya tidak masuk akal. Biasanya karena pengendara motor atau mobil melihat sesosok perempuan tiba-tiba menyeberang di hadapan kendaraannya. Menurut warga, ada baiknya ketika melewati terowongan ini, pengemudi kendaraan membunyikan klakson untuk "menyapa" penghuni terowongan.
4. Lubang Buaya.
Dari terowongan Casablancasampai kira-kira radius 40 meter sesudahnya, banyak terjadi kecelakaanyang penyebabnya tidak masuk akal. Biasanya karena pengendara motor atau mobil melihat sesosok perempuan tiba-tiba menyeberang di hadapan kendaraannya. Menurut warga, ada baiknya ketika melewati terowongan ini, pengemudi kendaraan membunyikan klakson untuk "menyapa" penghuni terowongan.
4. Lubang Buaya.

Pada 30 September 1965, ditemukan jenazah 6 orang jenderal dan seorang letnan TNI dikubur di dalam sumur ini. Di sebelah sumur tersebut, terdapat ruang yang 7 di dalamnya terisi patung patung patung replika dan terdengar suara yang menceritakan penyiksaan terhadap ketujuh pahlawan tadi. Di sebelah ruangan tadi terdapat dua rumah lengkap dengan perabot asli. Rumah-rumah tadi disebut sebagai pos komando dan dapur umum pasukan PKI. Kemudian, dibangunlahMonumen Pancasila Sakti untuk menghormati jasa ketujuh pahlawan tadi.
5. Rumah Pondok Indah.
5. Rumah Pondok Indah.

Masih ingat ramainya pembicaraan di akhir September 2002 tentang hilangnya seorang tukang nasi goreng di depan rumah kosong ini? Kejadian ini jadi menghebohkan karena di depan rumah tersebut hanya tertinggal gerobak nasi gorengnya.
Konon katanya, malam sebelum hilang tukang nasi goreng tersebut hendak mengantar nasi goreng yang dipesan oleh seorang perempuan ke dalam rumah. Namun, ia tak pernah keluar lagi. Mengenai sejarah rumah itu, konon seisi keluarga pemilik rumah ini tewas dalam peristiwa perampokan bermotif persaingan bisnis.
Sejak itu, banyak orang yang lewat kerap melihat jelmaan hantu sepertihantu bapak-bapak dan hantu perempuan. Namun, akhir-akhir ini sudah tidak banyak kejadian horor yang dilaporkan terjadi di rumah ini. Bahkan beberapa waktu lalu, rumah ini sempat dijadikan tempat bermalam para tunawisma
Sumber:
Konon katanya, malam sebelum hilang tukang nasi goreng tersebut hendak mengantar nasi goreng yang dipesan oleh seorang perempuan ke dalam rumah. Namun, ia tak pernah keluar lagi. Mengenai sejarah rumah itu, konon seisi keluarga pemilik rumah ini tewas dalam peristiwa perampokan bermotif persaingan bisnis.
Sejak itu, banyak orang yang lewat kerap melihat jelmaan hantu sepertihantu bapak-bapak dan hantu perempuan. Namun, akhir-akhir ini sudah tidak banyak kejadian horor yang dilaporkan terjadi di rumah ini. Bahkan beberapa waktu lalu, rumah ini sempat dijadikan tempat bermalam para tunawisma
Sumber:
Lihat Tragis
Yang Jantungan dilarang Masuk " Otopsi Perempuan Hamil 8 bulan..Ngeri Gan" ( Full Pic )
October 09, 2011
di bawah ini foto - foto Otopsi Perempuan Hamil 8 bulan..Ngeri Gan

http://zonamalam.blogspot.com/2011/10/yang-jantungan-dilarang-masuk-otopsi.html
Jangan lupa di like...
http://zonamalam.blogspot.com/2011/10/yang-jantungan-dilarang-masuk-otopsi.html
Jangan lupa di like...
Follow Juga Ya....
Ilustrasi
MEDAN - Usianya memang masih kanak-kanak, tapi Nadia (nama samaran) punya cara tersendiri agar terhindar dari tindakan pelecehan seksual. Nadia nekat menggigit kemaluan saat pelaku pelecehan seksual beraksi.
Zona Malam - Peristiwa ini terjadi di Kecamatan Medan Labuhan, Sumatera Utara pada Kamis (6/10/2011) siang. Saat itu, Nadia yang tercatat sebagai siswa SD Negeri 067268 pulang dari kegiatan belajar di sekolahnya.
Di tengah perjalanan, seseorang tak dikenal menghadangnya dan membawa Nadia pergi secara paksa dengan menggunakan sepeda motor menuju pinggiran Sungai Deli, Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan.
Hal itu dikatakan Kepala Lingkungan Lima Martubung, Medan Labuhan, Isnadi.
Isnadi menuturkan, pelaku melancarkan aksinya di Sungai Deli dengan memaksa korban untuk menghisap kemaluannya. Berkali-kali pria bejat itu meminta Nadia untuk melakukan oral seks. Merasa tak tahan melayani permintaan pelaku, Nadia lantas menggigit kemaluan pelaku sekeras mungkin.
Kontan saja pelaku histeris kesakitan. Agar kemaluannya terlepas dari gigitan Nadia, pelaku berulang kali memukul wajah dan kepala Nadia hingga terluka.
Masih kata Isnadi, mendapat gigitan tak lantas membuat pelaku kapok. Saat Nadia sudah tidak lagi berdaya, pelaku membuka seluruh pakaian Nadia dan berniat menodai kesuciannya.
Saat itu, Nadia menangis meminta pertolongan. Tangisan Nadia terdengar warga yang melintas. Mengetahui warga yang datang, pelaku langsung melarikan diri.
Nadia langsung dibawa ke rumah orang tuanya. Kasus ini sudah dilaporkan ke Mapolres Pelabuhan Belawan. (tri)
http://zonamalam.blogspot.com/2011/10/hendak-diperkosa-nadia-gigit-burung.html
Jangan lupa di like...
Follow Juga Ya....
Ledakan bom yang meledak di Gereja Bethel Injil Sepuluh, Kepunton, Solo, Jateng, Minggu (25/9) mengegerkan Kota Solo. Sebanyak 20 orang korban luka-luka akibat ledakan itu.
Nampak seorang korban yang tergelatak di pintu masuk Gereja yang diperkirakan pelaku.
Polisi masih melakukan identifikasi pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepuluh (GBIS), Kepunton, Solo, Jawa Tengah. Pelaku tidak meninggalkan identitas yang bisa dikenali.
Polisi menjaga ketat lokasi kejadian.
Warga Solo nampak tumpah ruah disekitar ledakan.
Beberapa mobil ambulan dikerahkan untuk mengevakusi korban.
sumber detik.com
sumber detik.com