Anak Bisa Minum Obat Sendiri
October 16, 2009
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
Jangankan anak-anak, wong tuwek aja banyak yang susah minum obat.
Pengalaman saya dengan Tsaqifa, si 3 tahun, mungkin bisa dicoba oleh orangtua yang kesulitan membujuk anaknya agar mau minum obat.
Sebetulnya saya belum 'sangat risau' waktu demam Iffa, panggilan si hidung bulat anak keduaku ini, masuk hari kedua. Tapi nenek tea yang ngomel-ngomel. "Takutnya tifus atau usus buntu. Coba ke dokter dulu," begitulah nenek sayang cucu ...
Singkat cerita jumpa bu dokter baik yang memberi obat bukan resep (jadi nggak perlu ke apotek lagi). Satu botol obat mual plus 9 bungkus puyer yang di dalamnya sudah ada antibiotik. Parasetamol masih ada, yang rasa jeruk dia doyan sekali.
Sudah 'mbatin: Waduh, antibiotik itu alamat "... obatnya harus dihabiskan ya, Bu." Dirayu-rayu dan 'dikondisikan' agar Iffa mudah minum obat, puyer pertama lalu kedua - keesokan harinya - alhamdulillah glek masuk bebas hambatan, walaupun dia mengernyit tanpa komentar. Prosesi ini diakhiri parasetamol rasa jeruk yang sudah dinanti-nantinya. Air putih, selesai sudah.
Waktu saya cicipi, kedua obat dokter itu tidak pahit, cuma ya rasa obat-lah.
Eee.. begitu kali ketiga, walaupun dirayu sedemikian rupa, Si Hidung Bulat emoh minum itu puyer. Terpaksa ... ya dipaksa. Gotong royong dengan sang nenek, obat puyer masuk dengan susah payah karena dia menangis dan meronta-ronta.
Huf, cara ini sungguh tak saya anjurkan.
Malamnya, kejadian sama berulang. Bahkan hingga dia terlelap tidur sambil menyisakan isak, si obat tak sukses masuk perutnya.
Obatnya tak pahit dan dia sukses menenggak dua puyer sebelumnya. Ada apa ini?
***
Tapi besok paginya, entah apa yang membuat Tsaqifa tiba-tiba mengambil botol obat mual, lalu sirup parasetamol dan tak lupa bungkusan puyer, meraciknya sendiri "Tumpah sedikit ga papa ya, Me .." lalu ... lalu ... meminumnya, saudara-saudara.
Selesai dari bengong, saya hujani dia dengan tepuk tangan dan pujian, pelukan, ciuman. "Hebatnya anak Mame ..."
Rupanya dia mendapatkan keasyikan tersendiri waktu menuangkan racikan puyer dari bungkus kertas itu ke sendok takar, lalu mengaduk-aduknya dengan ujung kertas.
Oalah naaak, naak. Anakku rupanya kepingin minum obat sendiri ...
Pengalaman saya dengan Tsaqifa, si 3 tahun, mungkin bisa dicoba oleh orangtua yang kesulitan membujuk anaknya agar mau minum obat.
Sebetulnya saya belum 'sangat risau' waktu demam Iffa, panggilan si hidung bulat anak keduaku ini, masuk hari kedua. Tapi nenek tea yang ngomel-ngomel. "Takutnya tifus atau usus buntu. Coba ke dokter dulu," begitulah nenek sayang cucu ...
Singkat cerita jumpa bu dokter baik yang memberi obat bukan resep (jadi nggak perlu ke apotek lagi). Satu botol obat mual plus 9 bungkus puyer yang di dalamnya sudah ada antibiotik. Parasetamol masih ada, yang rasa jeruk dia doyan sekali.
Sudah 'mbatin: Waduh, antibiotik itu alamat "... obatnya harus dihabiskan ya, Bu." Dirayu-rayu dan 'dikondisikan' agar Iffa mudah minum obat, puyer pertama lalu kedua - keesokan harinya - alhamdulillah glek masuk bebas hambatan, walaupun dia mengernyit tanpa komentar. Prosesi ini diakhiri parasetamol rasa jeruk yang sudah dinanti-nantinya. Air putih, selesai sudah.
Waktu saya cicipi, kedua obat dokter itu tidak pahit, cuma ya rasa obat-lah.
Eee.. begitu kali ketiga, walaupun dirayu sedemikian rupa, Si Hidung Bulat emoh minum itu puyer. Terpaksa ... ya dipaksa. Gotong royong dengan sang nenek, obat puyer masuk dengan susah payah karena dia menangis dan meronta-ronta.
Huf, cara ini sungguh tak saya anjurkan.
Malamnya, kejadian sama berulang. Bahkan hingga dia terlelap tidur sambil menyisakan isak, si obat tak sukses masuk perutnya.
Obatnya tak pahit dan dia sukses menenggak dua puyer sebelumnya. Ada apa ini?
***
Tapi besok paginya, entah apa yang membuat Tsaqifa tiba-tiba mengambil botol obat mual, lalu sirup parasetamol dan tak lupa bungkusan puyer, meraciknya sendiri "Tumpah sedikit ga papa ya, Me .." lalu ... lalu ... meminumnya, saudara-saudara.
Selesai dari bengong, saya hujani dia dengan tepuk tangan dan pujian, pelukan, ciuman. "Hebatnya anak Mame ..."
Rupanya dia mendapatkan keasyikan tersendiri waktu menuangkan racikan puyer dari bungkus kertas itu ke sendok takar, lalu mengaduk-aduknya dengan ujung kertas.
Oalah naaak, naak. Anakku rupanya kepingin minum obat sendiri ...
0 comments