SEKS MEMUASKAN ITU TIDAK MEMAKSA
September 21, 2011
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
Percaya atau tidak, hubungan seksual memang dapat menjadi beban dan sumber stressor. Hal ini dapat terjadi jika setiap kali hendak berhubungan seksual, timbul perasaan-perasaan negatif seperti tidak dapat memuaskan pasangan, takut hamil lagi, tidak juga hamil, dan sebagainya. Pandangan keliru tentang seks (tabu, takut, tidak sopan, malu) termasuk penyebab menurunnya kualitas hubungan seksual.
Ketidaktersediaan informasi yang memadai tentang seks pun turut berperan menimbulkan banyak kesalahpahaman di masyarakat, terutama antarpasangan. Selain pengetahuan, seks juga memerlukan sedikit keberanian. Soalnya, beragam perasaan negatif seperti telah diungkapkan di atas akan semakin menurunkan "potensi" seseorang dalam melakukan hubungan intim. Sebaliknya, jika sikap positif dipupuk sebelum berhubungan seksual, kualitas hubungan itu akan baik sehingga bisa memuaskan diri dan pasangan. Tidak memaksa "Seks yang memuaskan itu, ya harus ditanya pasangan maunya apa. Jangan memaksa," ujar Kasandra A. Putranto, psikolog klinis masalah perkawinan, dari Klinik Psychological Practice, Jakarta. Dalam mengatasi ketidakharmonisan dalam berhubungan seksual, yang perlu diperhatikan adalah mengenali pasangan. Masing-masing harus memahami diri dan pasangannya. Baik mengenai alat-alat seksual, fungsi seksual, sampai kebiasaan seksual dan erotic zone (titik-titik rangsangan) masing-masing pasangan. Kondisi kesehatan termasuk hal yang perlu diperhatikan. Usahakan jangan sekali-kali melakukan hubungan seksual dalam kondisi sakit dan tidak fit. Hubungan seksual merupakan aktivitas yang memakan energi tinggi. Kalau tidak dalam kondisi prima, dapat mengakibatkan timbulnya keluhan-keluhan lain yang lebih parah.
Banyak pasangan muda yang tidak sabar dalam melakukan hubungan seksual. Terutama kaum lelaki yang lebih mudah terangsang dan mencapai orgasme. Si perempuan, karena takut disalahkan gara-gara menolak ajak suami, sering cenderung mengalah. Kondisi seperti ini tidak mendukung hubungan seksual yang baik. Seks jadi sekadar kewajiban melayani suami. Pelengkap perkawinan saja. Hubungan seksual akan berhasil dengan baik dan memuaskan lahir-batin, apabila dilakukan dengan kesiapan kedua belah pihak. Istri dapat saja menolak (tentu saja secara halus), apabila memang tidak siap. Sebaliknya, suami sebaiknya tidak egois dan bisa menunjukkan sikap bijaksana. Memilih waktu, teknik, dan variasi hubungan seksual yang sesuai dengan keadaan dan kondisi, juga perlu diperhatikan. Di sinilah pentingnya pengetahuan yang benar tentang seks dan komunikasi yang baik dengan pasangan, agar dapat melakukan hubungan seksual yang baik, benar, dan memuaskan kedua belah pihak. Waktu yang tepat sangat penting, walaupun tidak perlu ditetapkan jadwal khusus. Bila telah sama-sama siap, dijamin enjoy deh. Variasi teknik, posisi, atau cara berhubungan seksual bukan merupakan hal yang tabu.
Hal ini justru menghilangkan rasa jenuh dalam berhubungan seksual. Tetapi hendaknya tidak melakukan teknik atau variasi yang justru menimbulkan rasa sakit atau ketegangan yang tidak diinginkan. Pilihan gaya hendaknya disesuaikan kemampuan diri sendriri dan pasangan. Tidak mengganggu kesehatan, baik secara fisik, mental, dan emosional. Hubungan seksual justru akan menjadi sumber pertengkaran karena ketidaksepakatan dalam mencoba teknik baru.
Ketidaktersediaan informasi yang memadai tentang seks pun turut berperan menimbulkan banyak kesalahpahaman di masyarakat, terutama antarpasangan. Selain pengetahuan, seks juga memerlukan sedikit keberanian. Soalnya, beragam perasaan negatif seperti telah diungkapkan di atas akan semakin menurunkan "potensi" seseorang dalam melakukan hubungan intim. Sebaliknya, jika sikap positif dipupuk sebelum berhubungan seksual, kualitas hubungan itu akan baik sehingga bisa memuaskan diri dan pasangan. Tidak memaksa "Seks yang memuaskan itu, ya harus ditanya pasangan maunya apa. Jangan memaksa," ujar Kasandra A. Putranto, psikolog klinis masalah perkawinan, dari Klinik Psychological Practice, Jakarta. Dalam mengatasi ketidakharmonisan dalam berhubungan seksual, yang perlu diperhatikan adalah mengenali pasangan. Masing-masing harus memahami diri dan pasangannya. Baik mengenai alat-alat seksual, fungsi seksual, sampai kebiasaan seksual dan erotic zone (titik-titik rangsangan) masing-masing pasangan. Kondisi kesehatan termasuk hal yang perlu diperhatikan. Usahakan jangan sekali-kali melakukan hubungan seksual dalam kondisi sakit dan tidak fit. Hubungan seksual merupakan aktivitas yang memakan energi tinggi. Kalau tidak dalam kondisi prima, dapat mengakibatkan timbulnya keluhan-keluhan lain yang lebih parah.
Banyak pasangan muda yang tidak sabar dalam melakukan hubungan seksual. Terutama kaum lelaki yang lebih mudah terangsang dan mencapai orgasme. Si perempuan, karena takut disalahkan gara-gara menolak ajak suami, sering cenderung mengalah. Kondisi seperti ini tidak mendukung hubungan seksual yang baik. Seks jadi sekadar kewajiban melayani suami. Pelengkap perkawinan saja. Hubungan seksual akan berhasil dengan baik dan memuaskan lahir-batin, apabila dilakukan dengan kesiapan kedua belah pihak. Istri dapat saja menolak (tentu saja secara halus), apabila memang tidak siap. Sebaliknya, suami sebaiknya tidak egois dan bisa menunjukkan sikap bijaksana. Memilih waktu, teknik, dan variasi hubungan seksual yang sesuai dengan keadaan dan kondisi, juga perlu diperhatikan. Di sinilah pentingnya pengetahuan yang benar tentang seks dan komunikasi yang baik dengan pasangan, agar dapat melakukan hubungan seksual yang baik, benar, dan memuaskan kedua belah pihak. Waktu yang tepat sangat penting, walaupun tidak perlu ditetapkan jadwal khusus. Bila telah sama-sama siap, dijamin enjoy deh. Variasi teknik, posisi, atau cara berhubungan seksual bukan merupakan hal yang tabu.
Hal ini justru menghilangkan rasa jenuh dalam berhubungan seksual. Tetapi hendaknya tidak melakukan teknik atau variasi yang justru menimbulkan rasa sakit atau ketegangan yang tidak diinginkan. Pilihan gaya hendaknya disesuaikan kemampuan diri sendriri dan pasangan. Tidak mengganggu kesehatan, baik secara fisik, mental, dan emosional. Hubungan seksual justru akan menjadi sumber pertengkaran karena ketidaksepakatan dalam mencoba teknik baru.
0 comments