Muhasabah Perubahan Diri
Assalamu'alaykum wr wb.
Akhwat wa ummahat fillah yang dimuliakan Allah,
Tahun sebentar lagi berganti,
Waktu tak mungkin kita henti.
Kita semakin tua.
Kita semakin dekat, dengan akhir usia.
Namun adakah pertambahan usia,
Kenyataan bahwa semakin bertambah jatah tahun demi tahun, bulan demi bulan, pekan demi pekan, hari demi hari, detik demi detik jatah usia kita, kian menunjukkan pada kita bahwa takdir kematian itu tak lagi lama.
Adakah di saat kesadaran spt ini menyeruak, kita masih akan bertahan dengan kelemahan, dengan hasrat memuaskan kepentingan diri, dengan pembenaran atas semua kesalahan. Minta dipahami atas semua kekhilafan?
Mari ingat kembali sabda Baginda Rasul, SAW: "Kebahagiaan yang paling bahagia ialah panjang umur dalam ketaatan kepada Allah." (HR. Ad-Dailami).
***
Akhwat wa ummahat fillah yang dikasihi Allah,
Ingatlah bahwa siksaan yang paling ringan di neraka adalah dua bara api yang diletakkan di kedua telapak kaki hingga membuat otak menggelegak.
Dari Abu Barzah Al-Aslami RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Tiada henti-hentinya seseorang itu berdiri (pada hari kiamat) sampai ia ditanya perihal: umurnya, untuk apa dihabiskannya; ilmunya, untuk apa dipergunakannya, hartanya, darimana ia memperolehnya dan untuk apa dinafkahkannya; dan badannya, untuk kepentingan apa dikerjakan hingga tuanya” (HR Tirmidzi).
Mari sejenak kita ingat kembali ketika dulu kesadaran hijrah itu muncul. Ketika dulu kita berada di puncak kesadaran bahwa cara berpakaian, cara bicara, cara berdandan, cara bergaul, bahkan cara berpikir dan merasa kita tidaklah seperti yang Allah kehendaki.
Bukankah saat itu kita tak lagi menunda untuk segera "hijrah", sesungguh-sugguhnya hijrah. Sekalipun guncangan itu terasa, sekalipun seisi dunia memandang penuh ketidaklaziman. Namun toh kita tetap memilih berubah.
Lalu kini, setelah berbilang tahun hidayah itu tiba, setelah kita mantap berkata nahnu du'at qobla kulli syai', setelah kita memikul amanah sebagai pengurus partai dakwah, akankah kita merasa bahwa kita tak perlu lagi berubah? Tak perlu lagi hijrah?
Atau jangan-jangan, kita jadi lebih pandai meneliti kesalahan orang lain, tapi abai memandangi cermin yang memantulkan wajah dan hati penuh noda itu?
Pandai minta kemaafan atas begitu banyak kesalahan, tapi sulit memaafkan kesalahan saudaranya?
Astaghfirullahalladziim.
Ampuni kami Ya Allah, Ya Ghafuur, Ya Aziiz, Ya Jabbar, Yaa Mujibas sa'iliin ..
***
Akhwat wa ummahat yang dikasihi Allah,
Semoga Allah mudahkan kita untuk terus berubah, lebih baik, lebih sholihah, lebih taqwa, lebih giat, lebih teroganisir, lebih mendekat kepada surga ...
Karena sesungguhnya jamaah kebatilan juga terus memperbaharui diri, penguasa-penguasa zalim terus berubah, terus beradaptasi agar semakin banyak yang bergabung di barisan mereka.
Ya Allah,kami memohon segala kebaikan di dunia dan akhirat yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui.
Ya Allah perbaikilah akhirat kami karena dialah tempat kembali kami.
Semoga jadi cermin diri bagi pembacanya sendiri.
Wal afwun minkum. Wallahu alam bish shawab.
Wassalamu'alaykum wr wb.
Dibacakan sebagai waqfah pada Jalasah Ruhiy Pengurus Akhwat PKS Lampung, Senin 21 November 2011, jelang 1 Muharram 1433H [inset: alm. Bunda Yoyoh Yusroh, salah satu inspirator perubahan]
Assalamu'alaykum wr wb.
Akhwat wa ummahat fillah yang dimuliakan Allah,
Tahun sebentar lagi berganti,
Waktu tak mungkin kita henti.
Kita semakin tua.
Kita semakin dekat, dengan akhir usia.
Namun adakah pertambahan usia,
Kenyataan bahwa semakin bertambah jatah tahun demi tahun, bulan demi bulan, pekan demi pekan, hari demi hari, detik demi detik jatah usia kita, kian menunjukkan pada kita bahwa takdir kematian itu tak lagi lama.
Adakah di saat kesadaran spt ini menyeruak, kita masih akan bertahan dengan kelemahan, dengan hasrat memuaskan kepentingan diri, dengan pembenaran atas semua kesalahan. Minta dipahami atas semua kekhilafan?
Mari ingat kembali sabda Baginda Rasul, SAW: "Kebahagiaan yang paling bahagia ialah panjang umur dalam ketaatan kepada Allah." (HR. Ad-Dailami).
***
Akhwat wa ummahat fillah yang dikasihi Allah,
Ingatlah bahwa siksaan yang paling ringan di neraka adalah dua bara api yang diletakkan di kedua telapak kaki hingga membuat otak menggelegak.
Dari Abu Barzah Al-Aslami RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Tiada henti-hentinya seseorang itu berdiri (pada hari kiamat) sampai ia ditanya perihal: umurnya, untuk apa dihabiskannya; ilmunya, untuk apa dipergunakannya, hartanya, darimana ia memperolehnya dan untuk apa dinafkahkannya; dan badannya, untuk kepentingan apa dikerjakan hingga tuanya” (HR Tirmidzi).
Mari sejenak kita ingat kembali ketika dulu kesadaran hijrah itu muncul. Ketika dulu kita berada di puncak kesadaran bahwa cara berpakaian, cara bicara, cara berdandan, cara bergaul, bahkan cara berpikir dan merasa kita tidaklah seperti yang Allah kehendaki.
Bukankah saat itu kita tak lagi menunda untuk segera "hijrah", sesungguh-sugguhnya hijrah. Sekalipun guncangan itu terasa, sekalipun seisi dunia memandang penuh ketidaklaziman. Namun toh kita tetap memilih berubah.
Lalu kini, setelah berbilang tahun hidayah itu tiba, setelah kita mantap berkata nahnu du'at qobla kulli syai', setelah kita memikul amanah sebagai pengurus partai dakwah, akankah kita merasa bahwa kita tak perlu lagi berubah? Tak perlu lagi hijrah?
Atau jangan-jangan, kita jadi lebih pandai meneliti kesalahan orang lain, tapi abai memandangi cermin yang memantulkan wajah dan hati penuh noda itu?
Pandai minta kemaafan atas begitu banyak kesalahan, tapi sulit memaafkan kesalahan saudaranya?
Astaghfirullahalladziim.
Ampuni kami Ya Allah, Ya Ghafuur, Ya Aziiz, Ya Jabbar, Yaa Mujibas sa'iliin ..
***
Akhwat wa ummahat yang dikasihi Allah,
Semoga Allah mudahkan kita untuk terus berubah, lebih baik, lebih sholihah, lebih taqwa, lebih giat, lebih teroganisir, lebih mendekat kepada surga ...
Karena sesungguhnya jamaah kebatilan juga terus memperbaharui diri, penguasa-penguasa zalim terus berubah, terus beradaptasi agar semakin banyak yang bergabung di barisan mereka.
Ya Allah,kami memohon segala kebaikan di dunia dan akhirat yang kami ketahui maupun yang tidak kami ketahui.
Ya Allah perbaikilah akhirat kami karena dialah tempat kembali kami.
Semoga jadi cermin diri bagi pembacanya sendiri.
Wal afwun minkum. Wallahu alam bish shawab.
Wassalamu'alaykum wr wb.
Dibacakan sebagai waqfah pada Jalasah Ruhiy Pengurus Akhwat PKS Lampung, Senin 21 November 2011, jelang 1 Muharram 1433H [inset: alm. Bunda Yoyoh Yusroh, salah satu inspirator perubahan]