Bocah Nekat Bunuh diri Demi Seragam Sekolah
May 03, 2012
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
Seorang siswa yang memiliki prestasi bagus di sekolah terpaksa mengakhiri hidup dengan tragis. Kamran Khan, 13 tahun, nekat menyiram tubuhnya dengan bensin dan kemudian membakar dirinya setelah keluarganya tidak mampu membelikan dia seragam sekolah.
Kamran yang selama ini bersekolah gratis berkat beasiswa merasa malu karena seragamnya sudah lama dan meminta orang tuanya untuk membelikan seragam baru namun ditolak. Karena penolakan itu Kamran mengancam akan membakar dirinya. Kamran menderita 65 persen luka bakar dan meninggal di rumah sakit.
“Dia (Kamran) tidak pernah meminta apapun, dia memohon kepada ayah dan ibu untuk membelikan shalwar kameez (pakaian seragam di Pakistan). Dia bertengkar dengan ibu, yang marah dan memukul dia. “kata saudara Kamran, Saleem seperti yang dilansir dari Daily Mail, 5 April 2012. Ibu Kamran dan Saleem bekerja sebagai seorang pembantu rumah tangga di tempat tinggalnya di kota Shabqadar, barat daya Propinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan.
Nasib Kamran semakin tragis, setelah saat dibawa ke rumah sakit, keluarganya tidak mampu membayar biaya rumah sakit, sehingga tidak mendapatkan perawatan yang maksimal. Kamran meninggal beberapa waktu kemudian.
Saleem juga menceritakan bagaimana keluarganya harus bertahan hidup dengan susah payah, walaupun Kamran mendapatkan beasiswa. Saleem menuturkan kalau sang ayah, gagal mendapatkan pekerjaan di Arab Saudi, walaupun telah meminjam banyak uang untuk mendapatkan visa.
Kamran bersama sang kakak, sering mengunpulkan barang logam di jalanan dan kemudian menjualnya agar bisa membantu ekonomi keluarganya. Berdasarkan data bank dunia, saat ini hampir 60 persen dari 17 juta penduduk Pakistan hidup di bawah garis kemiskinan.
0 comments