9. Kepekaan Ulat Grayak Kedelai (Spodoptera litura) terhadap Nuclear Polyhedrosis Virus

January 09, 2019
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita arrow
Ads orthoshop info
sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita arrow
Ads orthoshop info

sepatu orthopadi orthoshoping.com sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita arrow
Ads orthoshop info
Arifin, M1. dan W.I.S. Waskito2. 1986. Kepekaan ulat grayak kedelai (Spodoptera litura) terhadap nuclear polyhedrosis virus, pp. 74-78. Dalam M. Syam dan Yuswadi (Eds.). Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Vol. 1 Palawija. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.



Muhammad Arifin1 dan Wahyoe Inten S. Waskito2
Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor
Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung



ABSTRAK

Pengamatan terhadap koleksi ulat grayak Spodoptera litura dari Brebes dan Lampung Tengah menunjukkan bahwa adanya ulat yang mati terserang nuclear-polyhedrosis virus (NPV). Sehubungan dengan itu diteliti kepekaan berbagai instar ulat grayak terhadap NPV melalui penetapan LC50 dan LC90 serta LT50 dan LT90 NPV tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ulat grayak instar 1 sampai 3 lebih peka daripada ulat instar 4 dan 5 terhadap NPV. LC50 dan LC90 NPV pada ulat instar 3 berturut-turut adalah sebesar 5,4 x 103 dan 4,1 x 105 PIBs/ml. Pada konsentrasi 5,4 x 103 PIBs/ml, LT50 NPV adalah sekitar 9 hari setelah perlakuan sedangkan LT90 NPV tidak tercapai. Pada konsentrasi 4,1 x 105 PIBs/ml, LT50 dan LT90 NPV adalah sekitar 7 hari setelah perlakuan.


Ulat grayak (Spodoptera litura F.) adalah salah satu hama daun penting pada  tanaman kedelai (3). Pengendalian hama ini dengan memanfaatkan musuh alami belum banyak dilakukan meskipun telah diketahui jenis dan daya musuh alami tersebut.
Hasil koleksi ulat grayak di Lampung Tengah dan Brebes, Jawa-Tengah pada bulan Februari 1985 menunjukkan adanya ulat yang mati terserang nuclear-polyhedrosis virus (NPV). Gejala khas ulat yang mati tersebut adalah “layu terkulai” dan tergantung dengan kaki semunya pada helaian daun tanaman inang. Integumennya sangat rapuh. Apabila terkena sentuhan, integumen ulat akan sobek dan keluar cairan hemolims yang berwarna putih kemerahan. Ciri khas dari NPV adalah bentukan inclusion bodies seperti kristal bersegi-banyak dalam inti sel pada jaringan badan lemak, epidermis dan matriks trakea dari serangga inang (2).
Dengan terbukanya kemungkinan pengendalian ulat grayak dengan NPV, perlu dilakukan penelitian yang mengungkapkan kepekaan berbagai instar ulat grayak terhadap NPV melalui penetapan LC50 dan LC90 serta LT50 dan LT90 NPV tersebut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan keterangan tentang daya NPV sehingga dapat dinilai dan dimanfaatkan dalam mengendalikan ulat grayak.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 1985. Bahan utama yang digunakan adalah ulat grayak dan NPV. Ulat grayak dikoleksi dari daerah Brebes, Jawa-Tengah. Ulat generasi kedua dari lapang, dipelihara secara alamiah dengan daun kedelai digunakan dalam penelitian ini.

Pembuatan Sediaan Polyhedra Standar

Ulat-ulat yang matl dengan gejala terserang NPV dari hasil koleksi dihomogenasi dengan air suling dan disaring dengan kain kasa berukuran 100 mata jala. Suspensi polyhedra kasar dipusing dengan kecepatan 3500 putaran per menit selama 15 menit. Endapan polyhedra dicuci dengan air suling dan dipusing sebanyak 4 kali. Konsentrasl endapan polyhedra ini ditetapkan dengan hemocytometer melalui penghitungan banyaknya polyhedra inclusion bodies (PIBs/ml).

LC50 dan LC90 NPV pada Berbagai Instar Ulat

Sediaan standar (100) diencerkan 10 kali berturut-turut sehingga diperoleh seri suspensi 10-1 sampai 10-8. Suspensi 10-3 sampai 10-8 dioleskan dengan kuas pada kedua sisi helaian daun kedelai sebanyak 0,2 ml/15 cm2. Setelah kering angin, helaian daun tersebut dipakankan kepada ulat instar 1 sampai 5 sebanyak 30 ekor/instar dalam wadah plastik berukuran 100 ml sebanyak 10 ekor/wadah. Sebagai kontrol, helaian daun segar dipakankan kepada ulat. Setelah selang 2 hari, ulat-ulat tersebut dipelihara secara individual dengan pakan daun kedelai segar dalam wadah yang sama sampai terbentuk kepompong. Setiap hari dicatat banyaknya ulat yang mati. Penentuan LC50 dan LC90 NPV (konsentrasi polyhedra yang kemempanannya terhadap ulat grayak sebesar 50 dan 90%) dihitung dengan metode Finney (1).

Tingkat dan Waktu Kematian Ulat Instar 3

Konsentrasi polyhedra sebesar 2,7 x 102 (A), 8 x 102 (B), 2,7 x 103 (C), 8 x 103 (D), 2,7 x 104 (E), 8 x 104 (F) dan 2,7 x 105 (G) dioleskan pada kedua sisi helaian daun kedelai sebanyak 0,2 ml/15 cm2. Setelah kering angin, helaian daun tersebut dipakankan kepada ulat instar 3 sebanyak 30 ekor dalam wadah sebanyak 10 ekor/wadah. Sebagai kontrol, helaian daun segar dipakankan kepada ulat. Setelah selang 2 hari, ulat-ulat tersebut dipelihara secara individual dengan pakan daun kedelai dalam wadah sampai terbentuk kepompong. Dicatat banyaknya ulat yang mati setiap hari, kemudian ditentukan LT50 dan LC90 NPV (waktu yang dibutuhkan oleh NPV pada konsentrasi tertentu untuk mematikan ulat glayak sebanyak 50 dan 90%).
Selama percobaan berlangsung, suhu ruangan rata-rata adalah 26,10C, berkisar antara 22,8 - 29,00C.

HASIL DAN PEMBAHASAN

LC50 dan LC90 NPV pada Berbagai Instar Ulat

Gambar 1 dan Tabel 1 menunjukkan bahwa LC50 NPV pada ulat instar 1 sampai 3 berkisar antara 1,8 sampai 6,4 x 103 sedangkan pada ulat instar 4 dan 5 sebesar 4,7 x 104 dan 1,1 x 105 PIBs/ml. LC50 NPV pada ulat instar 1 sampai 3 berkisar antara 2,9 sampai 4,0 x 105 sedangkan pada ulat instar 4 dan 5 sebesar 3,7 x 106 dan 3,8 x 107 PIBs/ml. Dapat dikatakan, bahwa ulat instar 1 sampai 3 lebih peka daripada ulat instar 4 dan 5. Ulat instar 5 menunjukkan ketahanan 100 kali lebih besar daripada ulat instar 1.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat kepekaan ulat grayak terhadap NPV beragam menurut konsentrasi polyhedra dan umur ulat. Konsentrasi polyhedra yang dibutuhkan untuk menyebabkan kematian ulat instar muda (1 sampai 3) lebih rendah daripada ulat instar tua (4 dan 5). Berdasarkan kenyataan tersebut, pengendalian ulat grayak dengan NPV harus dilakukan pada ulat instar muda.

Tingkat dan Waktu Kematian Ulat lnstar 3

Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi polyhedra semakin tinggi pula kematian ulat. LC50 dan LC90 NPV adalah sebesar 5,4 x 103 dan 4,1 x 105 PIBs/ml.

Gambar 3 dan Tabel 2 menunjukkan bahwa kematian ulat pada konsentrasi D (8 x 103), E (2,7 x 104), F (8 x 104) dan G (2,7 x 105) lebih awal 1 hari daripada B (8 x 102) dan C (2,7 x 103 PIBs/ml). Akhir kematian ulat pada konsentrasi G lebih awal 1 hari daripada B sampai F. Selang waktu kematian ulat pada B, C dan G adalah selama 2 hari sedangkan pada D, E dan F selama 3 hari.
LT50 NPV pada A sampai C tidak diperoleh karena kematian ulat pada ketiga konsentrasi tersebut tidak mencapai 50% sedangkan pada D sampai G masing-masing sebesar 8,7; 8,3; 7,8; dan 7,1 hari setelah perlakuan. LT90 NPV pada A sampai F tidak diperoleh karena kematian ulat pada keenam konsentrasi tersebut tidak mencapai 90% sedangkan pada G sebesar 7,5 hari setelah perlakuan.
Hasil penelitian mengenai tingkat dan waktu kematian ulat tersebut menunjukkan bahwa tingkat dan waktu kematian ulat tergantung pada konsentrasi polyhedra. Semakin tinggi konsentrasi polyhedra semakin tinggi dan cepat pula tingkat kematian ulat.
Diperkirakan bahwa pengendalian ulat grayak di lapang ditujukan untuk menurunkan populasi sebesar antara 50 sampai 90%. Tingkat kemempanan NPV tersebut dicapai pada konsentrasi polyhedra sebesar antara 5,4 x 103 sampai 4,1 x 105 PIBs/ml. Pada konsentrasi 5,4 x 103 PIBs/ml, kematian ulat sebesar 50% dicapai sekitar 9 hari sedangkan yang 90% tidak tercapai. Pada konsentrasi 4,1 x 105 PIBs/ml, kematian ulat sebesar 50 dan 90% dicapai sekitar 7 hari setelah perlakuan. Mengingat bahwa semakin panjang umur ulat semakin bertambah tingkat kerusakan tanaman, disarankan untuk menggunakan konsentrasi polyhedra sebesar 4,1 x 105 PIBs/ml untuk mengendalikan ulat grayak di lapang.

KESIMPULAN

Ulat grayak instar 1 sampai 3 lebih peka terhadap NPV daripada ulat instar 4 dan 5. Ulat instar 5 menunjukkan ketahanan 100 kali lebih besar daripada ulat instar 1.
LC50 NPV pada ulat instar 3 adalah sebesar 5,4 x 103 PIBs/ml. Pada konsentrasi ini, LT50 NPV sekitar 9 hari setelah perlakuan sedangkan LT90 NPV tidak tercapai. LC90 NPV pada ulat instar 3 adalah sebesar 4,1 x 105 PIBs/ml. Pada konsentrasi ini, LT50 dan LT90 NPV sekitar 7 hari setelah perlakuan. Semakin meningkat konsentrasi polyhedra semakin tinggi dan cepat kematian ulat.

PUSTAKA

1. Finney, D.J. 1971. Probit analysis. Cambridge Univ. Press, London. 328 p.
2. Steinhaus, E.A. 1949. Principles of insect pathology. McGraw-Hill Book Company, Inc., New York. 757 p.
3. Tengkano, W. dan M. Soehardjan. 1985. Jenis hama utama pada berbagai fase pertumbuhan tanaman kedelai, pp. 295-318. Dalam S. Somaatmadja et al. (Eds.). Kedelai. Puslitbangtan, Bogor.


You Might Also Like

0 comments

stats

Flickr Images