99. Desa Bumiayu, Temanggung: Meretas Jalan Kemakmuran ala Bumiayu.
January 13, 2019
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
Arifin, M., J.N. Prabowo, dan F. Kasim. 2009. Desa Bumiayu, meretas jalan kemakmuran ala Bumiayu. Badan Litbang Pertanian, Deptan. 14 p.
Muhammad Arifin1, Joko Nyoto Prabowo2, dan Firdaus Kasim1
1 Badan Litbang Pertanian
2 Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Kabupaten Temanggung
Bangunan irigasi direhabilitasi. Teknologi budidaya pun diubah, sehingga pendapatan para petani bertambah
Kurun 2004-2005, nama Desa Bumiayu, Kecamatan Selopampang, Temanggung, Jawa Tengah, mencuat ke permukaan. Kala itu, Setyo Budi Hartanto (23), salah seorang warga Bumiayu, berhasil menorehkan prestasi di tingkat Asia Tenggara. Melalui atletik cabang lompat jauh, dia meraih medali emas pada Kejuaran Olahraga Penyandang Cacat se-Asia Tenggara III di Manila, Filipina, Desember 2005. Sebelumnya, ketika membela kontingen Jateng dalam Pekan Olahraga Penyandang Cacat Nasional (Porcanas) Xll 2004 di Palembang, dari cabang lompat jauh, dia menyumbangkan medali perak.
Ternyata, Setyo adalah anak seorang petani maju yang juga anggota Komite Investasi Desa (KID) Bumiayu, Muhtarom. Bersama petani lainnya yang tergabung dalam Kelompok Tani (KT) Bumi Makmur, pria berusia 52 tahun itu, bahu-membahu mengubah wajah pertanian Bumiayu.
Bumiayu adalah salah satu dari sepuluh desa yang menjadi lokasi tahun pertama pelaksanaan Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi (P4MI) di Kabupaten Temanggung, Tahun Anggaran 2003. Program pemberdayaan masyarakat desa itu difasilitasi oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
Warga desa berpendukuk 1.647 jiwa pada 2007 tersebut, umumnya berprofesi sebagai petani dengan kepemilikan lahan 0,2-0,3 hektar. Sebelum ada kegiatan P4MI, pengairan yang ada di desa hanya mampu mengairi lahan sekitar 100 hektar. Pola tanam pun dalam setahun hanya satu kali tanam padi di musim hujan. Ditambah satu kali tembakau atau sayur-sayuran setelah padi dipanen.
Membentuk Komite
Salah satu bentuk komponen pemberdayaan program P4MI, adalah pembentukan Komite Investasi Desa (KID). KID Bumiayu dibentuk untuk memfasilitasi kegiatan pemberdayaan masyarakat tani. Misi utamanya adalah untuk meningkatkan kemampuan petani dalam perencanaan dan pelaksanaan investasi sarana dan prasarana tingkat pedesaan. Investasi tersebut diperlukan untuk mendukung pengembangan inovasi produksi dan pemasaran hasil pertanian.
Kepengurusan KID Bumiayu terdiri atas lima orang. Terdiri dari seorang ketua, bendahara, dan dua anggota.
Kriteria pengurus KID antara lain: bukan aparat desa atau pengurus kelembagaan yang sudah ada di desa. Bisa dari aktifis yang memiliki visi dan misi pemberdayaan masyarakat serta memiliki rasa keberpihakan kepada petani khususnya petani miskin. Namun, lebih diutamakan mereka yang memiliki ketrampilan dan pengalaman di bidang usahatani atau agribisnis.
Salah satu tugas utama KID adalah memfasilitasi dan memvalidasi usulan investasi tingkat desa. Kemudian mepresentasikannya di tingkat Forum Antar Desa (FAD). Forum itulah yang akan menyeleksi usulan tersebut, layak atau tidak layak untuk didanai P4MI.
Rehabilitasi Irigasi
Melalui KID, P4MI memfasilitasi upaya pemberdayaan masyarakat dan mengalokasikan dana investasi desa. Pemanfaatan dana tersebut diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat sesuai kebutuhan.
Sebelumnya, P4MI memfasilitasi KID menyelenggarakan musyawarah desa. Tujuannya, untuk memilih dan menetapkan jenis investasi, baik berupa fisik maupun non fisik.
Musyawarah dihadiri segenap unsur dan tokoh masyarakat desa. Hasil rembukan menghasilkan kesepakatan bahwa kegiatan investasi utama yaitu pembangunan atau rehabilitasi saluran irigasi desa. Kecuali itu, ada kegiatan pelengkap seperti pelatihan petani dan studi banding serta beberapa demplot tanaman.
Pada 2003, secara gotong-royong, warga Bumiayu melakukan perbaikan 7 saluran irigasi. “Awalnya, saluran rrigasi itu dibangun oleh Dinas Pekerjaan Umum. Namun kondisinya sudah rusak, sehingga pada musim kemarau, air sulit diperolehi”, ungkap Sugiyarta, salah seorang FD Bumiayu.
Hanya dalam rentang setahun, rehabilitasi ke-7 saluran irigasi rampung. Total nilai investasinya Rp 302.005.000. Dana tersebut diperoleh dari pinjaman lunak Asian Development Bank (ADB) Rp 231.100.000. Sisanya sebesar Rp 70.905.000, merupakan dana swadaya masyarakat. Dana swadaya merupakan nilai dari tenaga kerja dan sumbangan lahan/tanaman.
Banyak Manfaat
Manfaat perbaikan saluran irigasi sangat dirasakan penduduk Bumiayu, terutama oleh para petani. "Yang memanfaatkan saluran irigasi adalah semua warga Bumiayu. Karena setiap dukuhan (kampung) mempunyai satu saluran”, ucap Sugiyarta. "Sumber air dimanfaatkan juga untuk keperluan rumah tanggai”, imbuh Eka Sri Purwanti, Bendahara KID Bumiayu.
Sebelum saluran irigasi diperbaiki, kemampuan pengairan hanya untuk 100 hektar saja tidak dapat terlayani sepenuhnya. Alhasil, pola tanam dalam setahun pun hanya padi-tembakau, atau padi-sayuran. "Kini, kemampuan dan jangkauan pengairan meningkat menjadi 140 hektar”, aku Suprawoto, Kepala Desa Bumiayu. Intensitas pola tanam juga meningkat. Rata-rata sawah sudah dapat ditanami padi dua kali dalam setahun. Malahan banyak petani yang menggarap lahannya dengan pola tanam padi-padi-sayuran.
"Sampai sekarang saluran irigasi masih berfungsi. Bila musim kemarau, air masih bisa mengairi hingga areal yang paling ujung”, ucap Muhtarom.
Warga Bumiayu menyadari, saluran irigasi menjadi salah satu pendukung menuju kesejahteraan. Oleh sebab itu, secara rutin mereka merawat semua saluran secara gotong-royong. Untuk mengelolanya, tiap saluran ditanggung-jawabi oleh satu orang. Selain tenaga, mereka yang mendapat gelontoran air irigasi, secara sukarela melakukan iuran. "KID bekerjasama dengan kepala dusun melakukan pengawasan dalam pengelolaan irigasi”, tandas Eka.
Sentuhan Teknologi
Dr luar pembangunan fisik saluran irigasi, P4MI juga memfasilitasi pembuatan demplot padi. Ditambah demplot beberapa jenis sayuran, seperti cabai merah, tomat, dan jagung manis. Malahan menurut Eka, Desa Bumiayu juga memperoleh suntikan dana tambahan Rp 16,5 juta untuk demplot budidaya kambing. "Sampai sekarang (April 2009), kambing masih ada dan digaduhkan kepada beberapa petani”, paparnya.
Menurut Muhtarom, perbaikan budidaya sayur-sayuran lebih banyak dibimbing oleh: Dinas pertanian kabupaten, PlU, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan KID. Sementara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah, kurang berperan. "Setiap kelompok tani, secara rutin didatangi oleh PPL”, urai Eka. "BPTP lebih banyak membina kelompok tani”, sela Makruf.
lnovasi teknologi yang diterapkan meliputi pemupukan berimbang, pengendalian hama penyakit secara terpadu, dan penggunaan varietas unggul. "Dulu, penanaman sayuran hanya dilakukan secara tradisional. Sekarang sudah menggunakan sentuhan teknologi, seperti pemanfaatan mulsa plastik hitam perak”, jelas Muhtarom.
Demikian pula dalam penanaman padi. Bila sebelumnya petani tidak mengenal sistem penggaritan, kini mereka terbiasa. Malahan ada yang menerapkan sistem jajar legowo. "Komoditas yang diupayakan petani dulu dan sekarang, sama. Hanya teknologi yang diterapkan sudah berbeda”, tegas Eka.
Semangat Kian Meningkat
Tampaknya, rehabilitasi saluran irigasi telah menggugah semangat sekelompok pemuda yang tergabung dalam Kelompok Tani (KT) Bumi Makmur. "Setelah pengairan tersedia, kami berpikir apa yang bisa dilakukan kelompok untuk mendorong kesejahteraan petani”, ungkap Suprawoto, mantan Ketua KT Bumi Makmur. lntinya, lanjut dia, kami ingin meningkatkan ragam pelayanan kepada petani anggota dalam mendukung pengembangan usaha pertanian di desa.
Sesungguhnya, KT Bumi Makmur terbentuk sejak 2001 silam, dengan jumlah anggota 25 petani. Sejak berdiri hingga 2003, kegiatan kelompok boleh dibilang stagnan. Namun, dipacu oleh kegiatan P4MI, pada 2004, kelompok tani itu segera berbenah diri.
Terdorong oleh perbaikan sarana irigasi, demplot, dan pelatihan usahatani, anggota KT Bumi Makmur bertambah menjadi 60 orang. Akhir 2007, jumlah anggota bertambah lagi menjadi 90 orang. "Kini (April 2009) jumlah anggotanya 95 orangi”, aku Makruf, Kepala Seksi Penyalur Pupuk KT Bumi Makmur. Dari jumlah itu, 60%-nya para petani padi, dan 40% lagi para petani hortikultura. Luas lahan yang mereka garap sebanyak 30 hektar, atau 21% dari luas total sawah di Bumiayu.
Pertumbuhan organisasi sepenuhnya diputuskan dan dikembangkan sendiri oleh para anggota. Misalnya, mereka memiliki ketentuan bahwa setiap anggota wajib setor modal pokok (semacam saham) Rp 200.000 per orang. Ketentuan tersebut berlaku sampai dengan 2007. "Untuk 2009, kami bersepakat, setiap petani yang mau bergabung dengan KT Bumi Makmur harus membayar Rp 750.000”, ucap Makruf. Biaya itu naik dibandingkan tahun sebelumnya yang Rp 500.000 per orang.
Kreatif
Guna mendukung kegiatan agribisnis, KT Bumi Makmur melaksanakan beberapa kegiatan usaha. Jenis kegiatan itu ditetapkan melalui musyawarah kelompok. Seperti pengadaan dan penyaluran pupuk, benih, obat-obatan (pestisida), serta menyediakan jasa pengolahan tanah dengan traktor.
Pengadaan dan penyaluran pupuk diutamakan bagi kepentingan anggota kelompok. Setelah kebutuhan anggota terpenuhi, baru melayani masyarakat umum. Pada 2007, pengadaan dan penyaluran pupuk mencapai 20 ton per musim. Jumlah itu setara dengan kebutuhan untuk luas penanaman sekitar 55 hektar. “Alhamdulillah, sekarang kami tidak mengenal istilah kelangkaan pupuk”, aku Makruf. "Setiap musim tanam, pupuk selalu tersedia. Setiap anggota dijatah tiga sak Urea (150 kg)”, imbuh Muhtarom.
Lebih jauh Makruf menuturkan, dari pengadaan pupuk itu, kelompok tani memperoleh jasa. Jasa dibayar oleh anggota setelah panen Rp 5.000 per sak (50 kg). Sementara bagi non anggota ditetapkan Rp 10.000 per sak. Kami juga bersepakat, bila ada anggota yang nunggak pembayaran, langsung dikeluarkan dari keanggotaan”, tandas Makruf.
Demikian pula dalam pengadaan dan penyaluran benih padi. Kelompok ini mengawali pengadaan 150 kg benih padi hibrida dan 300 kg benih lR 64. Jasa pengadaan dibayar oleh anggota setelah panen (yarnen). Benih yang disalurkan masih diperoleh dari luar, terutama dari bantuan dinas terkait, bukan hasil penangkaran sendiri.
Lain halnya untuk jasa pengolahan tanah dengan traktor. Untuk anggota dikenakan ongkos sewa Rp 50.000 per kesuk (1 kesuk = 1.000 m2), atau Rp 500.000 per hektar. Sementara untuk non anggota, ongkosnya Rp 60.000 per kesuk atau Rp 600.000 per hektar. Pengolahan tanah itu dilakukan sampai lahan siap ditanami.
KT Bumi Makmur mempunyai dua unit traktor tangan. Operasional traktor itu lebih banyak dimanfaatkan untuk pengolahan sawah. Menurut Suprawoto, pengadaan traktor difasilitasi oleh Dinas Pertanian Temanggung. Dana pengadaan berasal dari swadana kelompok yang berasal dari iuran pokok anggota sebanyak 75%. Sisanya yang 25% disubsidi oleh Pemda Temanggung. "Dalam proposal, kami mengajukan satu buah traktor. Alhamdulillah disetujui menjadi dua unit”, ucapnya. Yang jelas, imbuh dia, pengadaan traktor itu merupakan upaya kelompok dalam menjawab kelangkaan tenaga kerja di desa dalam pengolahan tanah.
Meski demikian, menurut Makruf, kedua traktor itu masih beroperasi di bawah kapasitas normal, yaitu rata-rata 130 hari per tahun. Hal itu disebabkan terbatasnya kurun waktu pengolahan tanah di Desa Bumiayu yang hanya 45-50 hari setiap musimnya. Tentu saja, kondisi itu belum memenuhi kapasitas optimal pengoperasian traktor secara ekonomis. Atas alasan itu pula, KT Bumi Makmur berinisiatif untuk mengoperasikan traktor ke desa lain di sekitar Desa Bumiayu.
Selain itu, usaha lain yang sedang disiapkan oleh kelompok adalah melengkapi traktor dengan alat-alat tambahan. Supaya traktor tersebut juga dapat difungsikan sebagai pompa air dan pembangkit tenaga listrik. Tujuannya, agar dapat dimanfaatkan oleh anggota maupun masyarakat umum, dengan cara sewa. Dari upaya itu diharapkan, modal kelompok akan berkembang sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kegiatan usaha ke bidang agribisnis lainnya. Yang pasti, “Aset KT Bumi Makmur sekarang sudah mencapai Rp 30.000.000. Padahal waktu berdiri hanya Rp 3.000.000”, urai Makruf bangga. Dengan kekuatan aset itu pula, lanjut dia, sebenarnya KT Bumi Makmur ingin menjadi penyalur pupuk resmi. "Kami sudah mengajukan beberapa kali kepada pihak yang berwenang. Namun hingga kini keinginan itu belum terealisasi”, sesal Makruf.
Usaha lainnya yang sekarang sedang dikembangkan oleh KT Bumi Makmur adalah memproduksi pupuk cair organik. Bahan-bahannya cukup sederhana, yakni memanfaatkan urin kambing dan sapi (biourine). Hebatnya lagi, pupuk cair itu juga berfungsi sebagai pestisida alami, lantaran ditambah ramuan beberapa jenis tanaman berkhasiat. "Setelah beberapa kali dicoba, pertumbuhan tanaman tampak lebih subur”, aku Muhtarom.
Meskipun KT Bumi Makmur sudah mampu menyediakan sarana produksi, namun dalam hal pemasaran hasil produksi belum bisa ditangani kelompok. "Sampai sekarang, pemasaran hasil masih sendiri-sendiri. Kami mengakui, hanya soal pemasaran yang belum kompak”, ucap Muhtarom. "Ke depan, kami mempunyai keinginan untuk bisa memasarkan hasil panen secara bersama-sama. Karena kami yakin, dengan bersama posisi tawar kami bisa lebih baik”, jelas Makruf.
Terus Berkembang
Ternyata, kiprah KT Bumi Makmur telah memacu para petani lainnya untuk membentuk kelompok-kelompok tani serupa. "Kini di Bumiayau sudah ada lima kelompok tani, dengan rata-rata jumlah anggota 30 orang per kelompok”, papar Suprawoto. Kelompok tani baru yang rata-rata dibentuk pada 2008 itu, sekarang rata-rata sudah beraset Rp 6.000.000.
Selain itu, terbentuk juga satu Kelompok Wanita Tani (KWT) Sekar Tani. KWT yang baru terbentuk awal 2009 itu beranggota 40 orang. "Seperti halnya kelompok tani yang lain, KWT juga melakukan iuran. Per anggota dikenai iuran pokok Rp 20.000. Sementara iuran wajib Rp 5.000 per selapan (35 hari)”, papar Eka yang dipercaya menjadi ketua.
Berbeda dengan KT yang lebih mengutamakan penyediaan saprodl, KWT Sekar Tani justru memilih usaha simpan pinjam. "Kami juga menyediakan jasa pesta, seperti mengurus katering, bila ada warga yang hajatan”, ucap Eka. Sementara target ke depan, lanjut dia, pihaknya akan mengusahakan pupuk organik dan kompos. Sebab, bahan bakunya berlimpah di Bumiayu.
Dengan tumbuhnya kelompok-kelompok tani itu pula, akhirnya para petani bergabung dalam suatu wadah bernama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ngudi Makmur. Tumbuhnya kelompok tani di Bumiayu, tidak terlepas dari dukungan sang kepala desa. Menurut Suprawoto, pada 2007, setiap kelompok tani diberi suntikan dana Rp 1.000.000. Dana tersebut dialokasikan dari anggaran pembangunan desa.
"Tahun lalu, tiap kelompok memperoleh tambahan dana Rp 2.000.000. Dan untuk 2009, kami menganggarkan Rp 3.000.000 per kelompok tani”, jelas Suprawoto, yang dipercaya sebagai Kepala Desa Bumiayu sejak 2007 lalu. KT Bumi Makmur boleh berbangga, lantaran salah seorang pengurusnya mendapat kepercayaan warga untuk memimpin pemerintahan desa.
Kegiatan lanjutan yang berkembang melalui Gapoktan Ngudi Makmur, merupakan keberhasilan P4MI dalam memotivasi masyarakat petani untuk berusaha mandiri. Sebab, salah satu poin penting dalam pelaksanaan program P4MI adalah pemberdayaan rnasyarakat pedesaan.
Tekad dan semangat tinggi, yang dimotori para insan muda kreatif di Gapoktan Ngudi Makmur, serta didukung pemerintahan desa, merupakan modal besar para petani Bumiayu. Hal itu sangat dibutuhkan untuk mewujudkan perubahan peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat tani di pedesaan. "Kami bertekad untuk terus maju dengan memanfaatkan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang kami miliki”, harap Sugiyarta.
0 comments