Penerapan Sistem Pertanian Terpadu di Desa Wae Ri'i
January 21, 2019
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
Sistem pertanian terpadu adalah suatu sistem pertanian yang diarahkan pada upaya memperpanjang siklus biologis dengan mengoptimalkan pemanfaatan hasil samping pertanian dan peternakan. Usaha tani terpadu pada prinsipnya merupakan suatu manajemen tata guna lahan secara berkelanjutan dengan mengintegrasikan antara tanaman pertanian dan atau ternak secara simultan sesuai dengan budaya masyarakat setempat. Sistem ini selain mampu meningkatkan pendapatan petani, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan bahan organic tanah dan menjamin siklus unsur hara.
Sebenarnya sistem pertanian terpadu sudah dilakukan oleh nenek moyang kita di masa lalu walau masih sederhana. Nenek moyang bangsa kita umumnya menggantungkan kehidupannya pada bercocok tanam, mereka melakukan sistem pertanian tradisional dengan mengandalkan keseimbangan alam sebagai sistem pertanian (natural sistem). Saat itu belum dikenal adanya benih unggul, pupuk dan pestisida. Mereka menggunakan benih yang telah ada secara alami dan berkembang secara in situ. Mereka tidak menggunakan pupuk, tetapi semua jerami sisa panen dikembalikan ke lahan. Pupuk yang mereka kenal adalah kotoran ternak. Hama dan penyakit tanaman sudah mereka kenal, tetapi tidak diberantas. Untuk pengendaliannya diserahkan kepada alam. Hasilnya, kehidupan nenek moyang kita saat itu berkecukupan, bahkan berlimpah.
Di desa Wae Ri’i, Kecamatan Wae Ri’i Kabupaten Manggarai sistem pertanian terpadu telah diterapkan oleh beberapa orang petani. Seorang petani yang paling sukses menerapkan sistem tersebut adalah Bapak Stefanus Jengguru.
Usaha yang dilakukan oleh bapak Stefanus patut diancungi jempol. Bila kita pernah mendengar tentang pertanian terpadu namun belum menyaksikan secara langsung maka kunjungilah tempat usahanya. Sangat menarik, kita akan betah untuk berlama-lama di sana, selain karena keramahan tuan rumah juga dapat menikmati keindahan pekarangan yang dihiasi berbagai jenis sayuran organik. Bagi yang berminat pada peternakan bisa melihat cara beternak ayam pedaging dan babi. Juga kita bisa menyaksikan pemanfaatan kotoran ternak untuk biourin, biogas dan pupuk cair hasil biogas.
Menurut bapak Stefanus “banyak keuntungan yang akan diperoleh dengan menerapkan sistem pertanian terpadu, selain dapat meningkatkan pendapatan juga biaya produksi lebih rendah, tidak perlu membeli pupuk untuk pengembangan sayuran atau tanaman lain karena tersedia pupuk organik (pupuk kandang dan pupuk cair) dari hasil kotoran ternak, sampah sayuran digunakan untuk pakan babi, kotoran ayam dan kotoran babi dimanfaatkan untuk kompor biogas sehingga tidak perlu lagi membeli minyak tanah atau kayu bakar untuk memasak.”
Sekilas usaha yang telah dijalankan oleh bapak Stefanus di pekarangan yang hanya berukuran 16 m x 50 m :
1) Peternakan Babi
Hampir setiap tahun menjual + 4 ekor babi dewasa dengan harga Rp. 3.500.000/ekor dan 15 ekor anak babi Rp. 1.500.000/ekor.
2) Peternakan Ayam Pedaging
Setiap bulan menjual + 900 ekor ayam berumur 2 minggu dengan harga Rp. 38.000/ekor.
3) Sayuran Organik
Menanam berbagai jenis sayuran seperti Pocai, Kubis, Sawi Putih, Selada, Seledri, Cabe Keriting, Cabe Rawit dan lain-lain. Sayur organik yang dihasilkan sebagian besar dijual dan sebagian untuk dikonsumsi sendiri. Pengembangan sayuran menggunakan pupuk organik dari kotoran ternak dan pupuk cair hasil biogas.
4) Biogas
Kotoran ternak babi dan ayam pedaging diolah menjadi biogas untuk kompor dan pupuk cair.
5) Fermentasi Pakan Ternak
Pakan ternak diolah dari sampah sayuran dan pelepah pisang yang dicampur dedak dan bahan non kimia lainnya, pakan tersebut tidak dimasak tetapi difermentasi sehingga nilai gizinya lebih tinggi.
0 comments