kerajaan Medang terbagi menjadi 2 bagian
June 16, 2019
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.
Dalam prasasti Calcuta disebutkan bahwa Airlangga masih termasuk keturunan Mpu Sindok dari pihak ibunya. Ibunya bernama Mahendradata (Gunapria Dharmapatni) yang menikah dengan raja Udayana dari Bali. Setelah usia 16 Airlangga dinikahkan dengan putri Dharmawangsa. Pada saat upacara pernikahannya itulah terjadi serangan dari Wurawari yang mengakibatkan hancurnya Medang kamulan.
Airlangga berhasil menyelamatkan diri bersama Narottama ke dalam hutan dilereng gunung (wanagiri). Ditengah hutan itu, Airlangga hidup sebagai seorang pertapa dengan menanggalkan pakaian kebesarannya. Hal itu dilakukan agar penyamarannya tidak diketahui oleh musuh. Selama tiga tahun (1016-1019), Airlangga digembleng lahir maupun batin di hutan lereng gunung (Wanagiri). Setelah itu ia turun dari lereng gunung dan bersatu dengan rakyatnya. Atas tuntutan dari rakyatnya, pada tahun 1019, Airlangga bersedia dinobatkan menjadi raja meneruskan tradisi Dinasti Isyana. Airlangga lalu bergelar Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Teguh Ananta Wikramatunggadewa.
Antara tahun 1019, Airlangga berusaha mempersiapkan diri agar dapat menghadapi lawan-lawan kerajaannya. Dengan persiapan yang cukup antara tahun 1028-1035, Airlangga berjuang untuk mempertahankan kewibawaan kerajaannya. Airlangga menghadapi karajaan yang cukup kuat seperti Wurawari, Kerajaan Wengker dan raja putri dari selatan yang bernama Rangda Indirah. Ditulis dalam cerita yang berjudul Calon Arang.
Setelah Airlangga berhasil menghadapi musuh-musuh kerajaannya, ia mulai membangun kerajaannya disegala bidang kehidupan. Hal itu dimaksudkan untuk memakmurkan rakyatnya, seperti bidang pertanian dan irigasi, perdagangan, pengangkutan, kesenian dan agama.
Melalui pembangunan yang dilaksanakan Airlangga dalam waktu singkat Medang Kamulan berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Setelah mencapai kestabilan dan kemakmuran rakyat, pada tahun 1042, Airlangga memasuki masa kependetaan dengan gelar Jatinindra. Tahta kerajaan diserahkan kepada Sanggrama Wijayatunggadewi, yakni putrinya yang terlahir dari permaisuri. Namun demikian, putrinya itu telah memilih hdup sebagai petapa dengan gelar Ratu Giri Putri. Oleh karena itu, tahta kerajaan diserahkan kepada kedua putranya yang terlahir dari istri selirnya. Selanjutnya Medang Kamulan dibagi menjadi dua bagian, yaitu Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri.
2 bagian kerajaan medang kamulan
Menurut sejarah, kerajaan medang kamulan dibagi menjadi 2 yaitu jenggala dan panjalu atau kediri.Sejarah kerajaan Medang terbagi menjadi 2 bagian
Dalam prasasti Calcuta disebutkan bahwa Airlangga masih termasuk keturunan Mpu Sindok dari pihak ibunya. Ibunya bernama Mahendradata (Gunapria Dharmapatni) yang menikah dengan raja Udayana dari Bali. Setelah usia 16 Airlangga dinikahkan dengan putri Dharmawangsa. Pada saat upacara pernikahannya itulah terjadi serangan dari Wurawari yang mengakibatkan hancurnya Medang kamulan.
Airlangga berhasil menyelamatkan diri bersama Narottama ke dalam hutan dilereng gunung (wanagiri). Ditengah hutan itu, Airlangga hidup sebagai seorang pertapa dengan menanggalkan pakaian kebesarannya. Hal itu dilakukan agar penyamarannya tidak diketahui oleh musuh. Selama tiga tahun (1016-1019), Airlangga digembleng lahir maupun batin di hutan lereng gunung (Wanagiri). Setelah itu ia turun dari lereng gunung dan bersatu dengan rakyatnya. Atas tuntutan dari rakyatnya, pada tahun 1019, Airlangga bersedia dinobatkan menjadi raja meneruskan tradisi Dinasti Isyana. Airlangga lalu bergelar Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Teguh Ananta Wikramatunggadewa.
Antara tahun 1019, Airlangga berusaha mempersiapkan diri agar dapat menghadapi lawan-lawan kerajaannya. Dengan persiapan yang cukup antara tahun 1028-1035, Airlangga berjuang untuk mempertahankan kewibawaan kerajaannya. Airlangga menghadapi karajaan yang cukup kuat seperti Wurawari, Kerajaan Wengker dan raja putri dari selatan yang bernama Rangda Indirah. Ditulis dalam cerita yang berjudul Calon Arang.
Setelah Airlangga berhasil menghadapi musuh-musuh kerajaannya, ia mulai membangun kerajaannya disegala bidang kehidupan. Hal itu dimaksudkan untuk memakmurkan rakyatnya, seperti bidang pertanian dan irigasi, perdagangan, pengangkutan, kesenian dan agama.
Melalui pembangunan yang dilaksanakan Airlangga dalam waktu singkat Medang Kamulan berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Setelah mencapai kestabilan dan kemakmuran rakyat, pada tahun 1042, Airlangga memasuki masa kependetaan dengan gelar Jatinindra. Tahta kerajaan diserahkan kepada Sanggrama Wijayatunggadewi, yakni putrinya yang terlahir dari permaisuri. Namun demikian, putrinya itu telah memilih hdup sebagai petapa dengan gelar Ratu Giri Putri. Oleh karena itu, tahta kerajaan diserahkan kepada kedua putranya yang terlahir dari istri selirnya. Selanjutnya Medang Kamulan dibagi menjadi dua bagian, yaitu Kerajaan Jenggala dan Kerajaan Kediri.
0 comments