Hama Jeruk: Kutu-Pucuk-Jeruk Cokelat
January 18, 2019
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
Kutu pucuk, yang dalam Bahasa Inggris disebut aphids, merupakan hama yang terdiri atas banyak jenis dan tiap-tiap jenis mempunyai kisaran inang yang luas, mencakup berbagai jenis tanaman. Jenis-jenis kutu pucuk yang penting pada tanaman jeruk mencakup kutu pucuk jeruk cokelat, kutu pucuk jeruk hitam, kutu pucuk kapas, dan kutu pucuk spirea. Di antara kutu pucuk ini, yang paling merusak adalah kutu pucuk jeruk cokelat dan kutu pucuk jeruk hitam karena peranannya sebagai vektor citrus tristeza virus (CTV). Pada tulisan ini diuraikan kutu pucuk jeruk cokelat.
Nama Umum
Nama umum hama ini dalam Bahasa Inggris adalah brown citrus aphid, sebagaimana nama umum yang digunakan oleh Citrus Pests. Dalam Bahasa Indonesia, aphid lazim disebut kutu daun, tetapi karena sebenarnya menyukai pucuk maka brown citrus aphid sebaiknya disebut kutu pucuk jeruk cokelat.
Nama Ilmiah Valid dan Klasifikasi
Nama ilmiah valid untuk kutu pucuk jeruk cokelat adalah Toxoptera citricida (Kirkaldy, 1907). Mohon diperhatikan bahwa CABI Invasive Species Compendium menggunakan nama umum black citrus aphid untuk Toxoptera citricida dan nama umum brown citrus aphid untuk Toxoptera aurantii. Nama ilmiah Toxoptera citricida untuk kutu pucuk jeruk cokelat di sini digunakan dengan mengacu kepada nama umum yang diberikan oleh Citrus Pests dan ITIS. Klasifikasi kutu pucuk jeruk cokelat adalah kerajaan: Animalia, Sub-kerajaan: Bilateria, infra-kerajaan: Protostomia, super-filum: Ecdysozoa, filum: Arthropoda, Sub-filum: Hexapoda, kelas: Insecta, sub-kelas: Pterygota, infra-kelas: Neoptera, super-ordo: Paraneoptera, ordo: Hemiptera, sub-ordo: Sternorrhyncha, super-famili: Aphidoidea, family: Aphididae, genus: Toxoptera, dan species: Toxoptera citricida (Kirkaldy, 1907).
Nama Ilmiah Sinonim
Nama ilmiah sinonim untuk kutu pucuk jeruk cokelat adalah Aphis aeglis Shinji, Aphis citricidus (Kirkaldy), Aphis nigricans van der Goot, Aphis tavaresi Del. Guercio, Myzus citricidus Kirkaldy, Paratoxoptera argentiniensis EE Blanchard, Toxoptera aphoides van der Goot, Toxoptera citricidus Kirkaldy, dan Toxoptera tavaresi (Del Guercio).
Deskripsi Ringkas
Serangga dewasa bersayap (alata): panjang 1.1-2.6 mm, antena terdiri atas 6 ruas dengan ruas ke-1 sampai ke-3 berwarna hitam dan ruas lainnya gelap hanya pada pertemuan ruas, ruas ke-3 berukuran kurang atau lebih dari ruas lainnya, terdapat organ perasa sekunder (rhinaria) sebanyak 7-20 pada ruas ke-3 dan 0-4 pada ruas ke-4. Pada bagian ujung belakang perut terdapat: (1) sepasang tabung sifunkuli (siphunculi) hitam memanjang untuk mengeluarkan cairan berlilin, (2) bagian ujung yang menonjol dan meruncing disebut kauda (cauda) yang terdiri atas 25-40 rambut (setae), dan (3) organ untuk menghasilkan suara disebut stridulatory apparatus. Sayap depan mempunyai pterostigma cokelat cerah dan media bercabang dua kali. Serangga dewasa tanpa sayap (aptera): panjang 1.5-2.8 mm, berbentuk oval, antena terdiri atas 6 ruas tanpa organ perasa sekunder, ruas tanpa pita hitam tetapi ruas ke-1 dan ke-2 hitam, ruas ke-3 dan ke-4 pucat dan agak membengkak, ruas ke-5 dan ke-6 agak gelap, setidaknya pada pertemuan ruas. Pada bagian ujung belakang perut terdapat: (1) sepasang tabung sifunkuli hitam memanjang, sedikit lebih panjang daripada panjang kauda, (2) bagian ujung yang menonjol dan meruncing disebut kauda yang terdiri atas dengan 30 rambut, dan (3) organ untuk menghasilkan suara. Nimfa berwarna cokelat kemerahan, menyerupai serangga dewasa tetapi berukuran lebih kecil. Berkembang biak secara aseksual, kecuali di Jepang dilaporkan berkembang biak secara seksual. Silahkan periksa foto kutu pucuk jeruk cokelat berikut ini.
Kemiripan dengan Hama Lain
Kutu pucuk jeruk cokelat sangat mirip dengan kutu pucuk jeruk hitam, tetapi kutu pucuk jeruk cokelat lebih besar daripada kutu pucuk jeruk hitam. Bila kutu pucuk jeruk cokelat dipencet pada permukaan putih akan menghasilkan warna merah, kutu pucuk jeruk lainnya dalam genus Toxoptera, termasuk kutu pucuk jeruk hitam, tidak menghasilkan warna merah. Rambut (setau) pada kauda kutu pucuk jeruk cokelat berjumlah 25-40 pada fase bersayap atau 30 pada fase tanpa sayap, sedangkan pada kutu pucuk jeruk hitam berjumlah 8-19 pada fase bersayap atau 9-19 pada fase tanpa sayap. Kutu pucuk jeruk cokelat dan kutu pucuk jeruk hitam dapat terdapat bercampur. Kutu pucuk jeruk cokelat dapat dibedakan dari kutu pucuk kacang tunggak (Aphis craccivora) dari kaki kutu pucuk kacang tunggak yang berwarna putih dan dari rambut pada kauda yang berjumlah 7.
Identifikasi
Identifikasi kutu pucuk jeruk hitam dilaksanakan dengan melakukan pengamatan lapangan dilanjutkan dengan pengamatan mikroskopis. Hasil pengamatan kemudian digunakan untuk melakukan identifikasi dengan menggunakan layanan identifikasi dalam jaringan yang tersedia pada situs Citrus Pests atau menggunakan kunci identifikasi dalam jaringan yang disediakan oleh AphID.
Biologi dan Daur Hidup
Kutu pucuk jeruk cokelat hidup hanya pada bagian muda jenis-jenis tanaman jeruk dan kerabat jeruk, termasuk pucuk, daun yang belum membuka, dan kuncup bunga.Nimfa dapat merayap sejauh 8-12 m, tetapi pemencaran jarak jauh dilakukan oleh nimfa dengan perantaraan semut dan oleh serangga dewasa bersayap dengan bantuan angin. Populasi fase dewasa bersayap berkembang ketika koloni telah sesak dan/atau ketika sumber pakan berkurang. Waktu perkembangan kutu pucuk jeruk cokelat bergantung pada suhu, suhu optimal adalah 20-30oC. Waktu generasi kutu pucuk jeruk cokelat berkisar 51 hari pada suhu 10oC sampai 8 hari pada suhu 32oC. Keperidian kutu betina adalah rata-rata 58,5, dengan laju pertumbuhan populasi intrinsik 0,36 dan laju keperidian bersih 56,2. Sintasan nimfa menjadi dewasa berkisar 81-97% pada kisaran suhu 8-30oC dan turun menjadi 29% pada suhu 32oC. Betina menghasilkan rata-rata 52,5 keturunan pada suhu 20oC dan turun drastis menjadi hanya 7,5 keturunan pada suhu 32oC. Laju pertumbuhan populasi intrinsik tertinggi sebesar 0,3765 terjadi pada suhu 28oC.
Kisaran Tumbuhan Inang
Tanaman inang utama kutu pucuk jeruk cokelat mencakup semua jenis jeruk dan kerabat jeruk seperti kalamondin (x Citrofortunella microcarpa), kemuning (Murraya paniculata), box orange (Severiana buxifolia), dan lime berry (Triphasia trifolia).
Gejala Kerusakan
Pucuk yang terinfestasi kutu pucuk jeruk cokelat akan gagal berkembang dan dapat mengering. Kutu pucuk jeruk cokelat menghasilkan embun madu yang dapat memicu dan memacu pertumbuhan jamur jelaga yang menghambat fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Kerusakan lebih parah yang ditimbulkan oleh kutu pucuk jeruk cokleat adalah dalam perannya sebagai vektor citrus tristeza virus (CTV), khususnya pada tanaman jeruk dengan batang bawah jeruk masam.
Penyebaran dan Distribusi Geografis
Kutu pucuk jeruk cokelat menyebar dalam jarak dekat dengan cara merayap dan menyebar dalam jarak lebih jauh oleh nimfa dengan perantaraan semut dan dalam jarak sangat jauh oleh serangga dewasa bersayap dengan bantuan angin. Telur, nimfa, dan serangga dewasa tanpa saya dapat pula menyebar melalui bahan tanam jeruk. Kutu pucuk jeruk cokelattersebar di pusat-pusat produksi jeruk di seluruh dunia, termasuk Asia, Amerika, dan Eropa. Distribusi geografis global kutu pucuk jeruk cokelat dapat diperoleh dari CABI Invasive Species Compendium sebagaimana disajikan di bawah ini:
Distribusi geografis kutu loncat jeruk asia di Indonesia, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur, disajikan pada peta di bawah ini:
Rekomendasi Pengendalian
Pengendalian secara budidaya dilakukan dengan memperhatikan keberadaan penyakit tristeza dan strain-nya. Bila stain CTV virulen sudah ada di lokasi pertanaman jeruk maka sebaiknya menanam jenis-jenis jeruk yang toleran seperti jeruk cina, jeruk bali, tangelo, dan tangor dengan menggunakan batang bawah yang tahan atau toleran. Bila terdapat strain CTV yang kurang virulen, dapat ditanam jeruk manis dan jeruk gedang, dengan memberikan perlakuan pre-inokulasi menggunakan strain CTV avirulen. Penanaman sebaiknya dilakukan dengan jarak tanam lebih dekat untuk memperoleh produksi maksimal ketika tanaman belum tua sehingga rentan terhadap CTV. Pengendalian secara hayati dilakukan dengan menggunakan agen hayati Lysiphlebia japonica dan Lysiphlebus mirzai, tetapi hasilnya tidak konsisten. Pengendalian hayati juga dapat dilakukan dengan melakukan konservasi musuh alami lokal mencakup cecopet (Chrysoperla plorabunda), lalat syrphid (Pseudodorus clavatus) dan kumbang kubah (Coelophora inaequalis, Coccinella septempunctata, Cycloneda sanguinea, Harmonia axyridis, Hippodamia convergens, Olla v-nigrum dan Coleomegilla maculata fuscilabris), tetapi hasilnya juga sangat bervariasi. Pengendalian secara genetik tidak dapat dilakukan karena belum ada kultivar jeruk maupun kultivar jeruk batang bawah yang tahan terhadap kutu pucuk jeruk cokelat. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektidida botanik ekstrak biji nimba atau bila populasi kutu pucuk jeruk cokelat sudah sangat tinggi, dengan menggunakan insektisida kimiawi sistemik acephate imidacloprid atau acetamiprid. Pengendalian kutu pucuk jeruk cokelat sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pendekatan terpadu, khususnya melalui pemantauan populasi secara berkala.
Catatan Penting
Kutu pucuk jeruk cokelat merupakan jenis hama yang penting pada tanaman jeruk bukan karena kerusakan yang ditimbulkannya secara langsung, melainkan yang ditimbulkannya secara tidak langsung melalui peranannya sebagai vektor penyakit tristeza yang disebabkan oleh citrus tristeza virus (CTV).
Nama Umum
Nama umum hama ini dalam Bahasa Inggris adalah brown citrus aphid, sebagaimana nama umum yang digunakan oleh Citrus Pests. Dalam Bahasa Indonesia, aphid lazim disebut kutu daun, tetapi karena sebenarnya menyukai pucuk maka brown citrus aphid sebaiknya disebut kutu pucuk jeruk cokelat.
Nama Ilmiah Valid dan Klasifikasi
Nama ilmiah valid untuk kutu pucuk jeruk cokelat adalah Toxoptera citricida (Kirkaldy, 1907). Mohon diperhatikan bahwa CABI Invasive Species Compendium menggunakan nama umum black citrus aphid untuk Toxoptera citricida dan nama umum brown citrus aphid untuk Toxoptera aurantii. Nama ilmiah Toxoptera citricida untuk kutu pucuk jeruk cokelat di sini digunakan dengan mengacu kepada nama umum yang diberikan oleh Citrus Pests dan ITIS. Klasifikasi kutu pucuk jeruk cokelat adalah kerajaan: Animalia, Sub-kerajaan: Bilateria, infra-kerajaan: Protostomia, super-filum: Ecdysozoa, filum: Arthropoda, Sub-filum: Hexapoda, kelas: Insecta, sub-kelas: Pterygota, infra-kelas: Neoptera, super-ordo: Paraneoptera, ordo: Hemiptera, sub-ordo: Sternorrhyncha, super-famili: Aphidoidea, family: Aphididae, genus: Toxoptera, dan species: Toxoptera citricida (Kirkaldy, 1907).
Nama Ilmiah Sinonim
Nama ilmiah sinonim untuk kutu pucuk jeruk cokelat adalah Aphis aeglis Shinji, Aphis citricidus (Kirkaldy), Aphis nigricans van der Goot, Aphis tavaresi Del. Guercio, Myzus citricidus Kirkaldy, Paratoxoptera argentiniensis EE Blanchard, Toxoptera aphoides van der Goot, Toxoptera citricidus Kirkaldy, dan Toxoptera tavaresi (Del Guercio).
Serangga dewasa bersayap (alata): panjang 1.1-2.6 mm, antena terdiri atas 6 ruas dengan ruas ke-1 sampai ke-3 berwarna hitam dan ruas lainnya gelap hanya pada pertemuan ruas, ruas ke-3 berukuran kurang atau lebih dari ruas lainnya, terdapat organ perasa sekunder (rhinaria) sebanyak 7-20 pada ruas ke-3 dan 0-4 pada ruas ke-4. Pada bagian ujung belakang perut terdapat: (1) sepasang tabung sifunkuli (siphunculi) hitam memanjang untuk mengeluarkan cairan berlilin, (2) bagian ujung yang menonjol dan meruncing disebut kauda (cauda) yang terdiri atas 25-40 rambut (setae), dan (3) organ untuk menghasilkan suara disebut stridulatory apparatus. Sayap depan mempunyai pterostigma cokelat cerah dan media bercabang dua kali. Serangga dewasa tanpa sayap (aptera): panjang 1.5-2.8 mm, berbentuk oval, antena terdiri atas 6 ruas tanpa organ perasa sekunder, ruas tanpa pita hitam tetapi ruas ke-1 dan ke-2 hitam, ruas ke-3 dan ke-4 pucat dan agak membengkak, ruas ke-5 dan ke-6 agak gelap, setidaknya pada pertemuan ruas. Pada bagian ujung belakang perut terdapat: (1) sepasang tabung sifunkuli hitam memanjang, sedikit lebih panjang daripada panjang kauda, (2) bagian ujung yang menonjol dan meruncing disebut kauda yang terdiri atas dengan 30 rambut, dan (3) organ untuk menghasilkan suara. Nimfa berwarna cokelat kemerahan, menyerupai serangga dewasa tetapi berukuran lebih kecil. Berkembang biak secara aseksual, kecuali di Jepang dilaporkan berkembang biak secara seksual. Silahkan periksa foto kutu pucuk jeruk cokelat berikut ini.
Kutu Pucuk Jeruk Cokelat Toxoptera citricida, A: koloni dewasa dan nimfa, B: koloni nimfa, C: kutu dewasa dan nimfa, D: kutu dewasa tanpa sayap, dan E: kutu dewasa bersayap. Silahkan klik foto untuk memperbesar. Sumber: Foto A, B, C, dan E dari CABI Compendium of Invasive Species, foto D dari Citrus Pests. Ukuran pada foto tidak merujuk pada skala tertentu. |
Kemiripan dengan Hama Lain
Kutu pucuk jeruk cokelat sangat mirip dengan kutu pucuk jeruk hitam, tetapi kutu pucuk jeruk cokelat lebih besar daripada kutu pucuk jeruk hitam. Bila kutu pucuk jeruk cokelat dipencet pada permukaan putih akan menghasilkan warna merah, kutu pucuk jeruk lainnya dalam genus Toxoptera, termasuk kutu pucuk jeruk hitam, tidak menghasilkan warna merah. Rambut (setau) pada kauda kutu pucuk jeruk cokelat berjumlah 25-40 pada fase bersayap atau 30 pada fase tanpa sayap, sedangkan pada kutu pucuk jeruk hitam berjumlah 8-19 pada fase bersayap atau 9-19 pada fase tanpa sayap. Kutu pucuk jeruk cokelat dan kutu pucuk jeruk hitam dapat terdapat bercampur. Kutu pucuk jeruk cokelat dapat dibedakan dari kutu pucuk kacang tunggak (Aphis craccivora) dari kaki kutu pucuk kacang tunggak yang berwarna putih dan dari rambut pada kauda yang berjumlah 7.
Identifikasi kutu pucuk jeruk hitam dilaksanakan dengan melakukan pengamatan lapangan dilanjutkan dengan pengamatan mikroskopis. Hasil pengamatan kemudian digunakan untuk melakukan identifikasi dengan menggunakan layanan identifikasi dalam jaringan yang tersedia pada situs Citrus Pests atau menggunakan kunci identifikasi dalam jaringan yang disediakan oleh AphID.
Kutu pucuk jeruk cokelat hidup hanya pada bagian muda jenis-jenis tanaman jeruk dan kerabat jeruk, termasuk pucuk, daun yang belum membuka, dan kuncup bunga.Nimfa dapat merayap sejauh 8-12 m, tetapi pemencaran jarak jauh dilakukan oleh nimfa dengan perantaraan semut dan oleh serangga dewasa bersayap dengan bantuan angin. Populasi fase dewasa bersayap berkembang ketika koloni telah sesak dan/atau ketika sumber pakan berkurang. Waktu perkembangan kutu pucuk jeruk cokelat bergantung pada suhu, suhu optimal adalah 20-30oC. Waktu generasi kutu pucuk jeruk cokelat berkisar 51 hari pada suhu 10oC sampai 8 hari pada suhu 32oC. Keperidian kutu betina adalah rata-rata 58,5, dengan laju pertumbuhan populasi intrinsik 0,36 dan laju keperidian bersih 56,2. Sintasan nimfa menjadi dewasa berkisar 81-97% pada kisaran suhu 8-30oC dan turun menjadi 29% pada suhu 32oC. Betina menghasilkan rata-rata 52,5 keturunan pada suhu 20oC dan turun drastis menjadi hanya 7,5 keturunan pada suhu 32oC. Laju pertumbuhan populasi intrinsik tertinggi sebesar 0,3765 terjadi pada suhu 28oC.
Kisaran Tumbuhan Inang
Tanaman inang utama kutu pucuk jeruk cokelat mencakup semua jenis jeruk dan kerabat jeruk seperti kalamondin (x Citrofortunella microcarpa), kemuning (Murraya paniculata), box orange (Severiana buxifolia), dan lime berry (Triphasia trifolia).
Gejala Kerusakan
Pucuk yang terinfestasi kutu pucuk jeruk cokelat akan gagal berkembang dan dapat mengering. Kutu pucuk jeruk cokelat menghasilkan embun madu yang dapat memicu dan memacu pertumbuhan jamur jelaga yang menghambat fotosintesis karena menutupi permukaan daun. Kerusakan lebih parah yang ditimbulkan oleh kutu pucuk jeruk cokleat adalah dalam perannya sebagai vektor citrus tristeza virus (CTV), khususnya pada tanaman jeruk dengan batang bawah jeruk masam.
Penyebaran dan Distribusi Geografis
Kutu pucuk jeruk cokelat menyebar dalam jarak dekat dengan cara merayap dan menyebar dalam jarak lebih jauh oleh nimfa dengan perantaraan semut dan dalam jarak sangat jauh oleh serangga dewasa bersayap dengan bantuan angin. Telur, nimfa, dan serangga dewasa tanpa saya dapat pula menyebar melalui bahan tanam jeruk. Kutu pucuk jeruk cokelattersebar di pusat-pusat produksi jeruk di seluruh dunia, termasuk Asia, Amerika, dan Eropa. Distribusi geografis global kutu pucuk jeruk cokelat dapat diperoleh dari CABI Invasive Species Compendium sebagaimana disajikan di bawah ini:
Distribusi geografis kutu loncat jeruk asia di Indonesia, khususnya di Provinsi Nusa Tenggara Timur, disajikan pada peta di bawah ini:
Rekomendasi Pengendalian
Pengendalian secara budidaya dilakukan dengan memperhatikan keberadaan penyakit tristeza dan strain-nya. Bila stain CTV virulen sudah ada di lokasi pertanaman jeruk maka sebaiknya menanam jenis-jenis jeruk yang toleran seperti jeruk cina, jeruk bali, tangelo, dan tangor dengan menggunakan batang bawah yang tahan atau toleran. Bila terdapat strain CTV yang kurang virulen, dapat ditanam jeruk manis dan jeruk gedang, dengan memberikan perlakuan pre-inokulasi menggunakan strain CTV avirulen. Penanaman sebaiknya dilakukan dengan jarak tanam lebih dekat untuk memperoleh produksi maksimal ketika tanaman belum tua sehingga rentan terhadap CTV. Pengendalian secara hayati dilakukan dengan menggunakan agen hayati Lysiphlebia japonica dan Lysiphlebus mirzai, tetapi hasilnya tidak konsisten. Pengendalian hayati juga dapat dilakukan dengan melakukan konservasi musuh alami lokal mencakup cecopet (Chrysoperla plorabunda), lalat syrphid (Pseudodorus clavatus) dan kumbang kubah (Coelophora inaequalis, Coccinella septempunctata, Cycloneda sanguinea, Harmonia axyridis, Hippodamia convergens, Olla v-nigrum dan Coleomegilla maculata fuscilabris), tetapi hasilnya juga sangat bervariasi. Pengendalian secara genetik tidak dapat dilakukan karena belum ada kultivar jeruk maupun kultivar jeruk batang bawah yang tahan terhadap kutu pucuk jeruk cokelat. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektidida botanik ekstrak biji nimba atau bila populasi kutu pucuk jeruk cokelat sudah sangat tinggi, dengan menggunakan insektisida kimiawi sistemik acephate imidacloprid atau acetamiprid. Pengendalian kutu pucuk jeruk cokelat sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pendekatan terpadu, khususnya melalui pemantauan populasi secara berkala.
Catatan Penting
Kutu pucuk jeruk cokelat merupakan jenis hama yang penting pada tanaman jeruk bukan karena kerusakan yang ditimbulkannya secara langsung, melainkan yang ditimbulkannya secara tidak langsung melalui peranannya sebagai vektor penyakit tristeza yang disebabkan oleh citrus tristeza virus (CTV).
0 comments