Penyakit Jeruk: Kudis Jeruk-Manis
January 15, 2019
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
sepatu orthopadi
orthoshoping.com
sepatu untuk koreksi kaki pengkor/ bengkok pada balita
Ads orthoshop
Penyakit kudis jeruk biasanya terdapat pada jenis-jenis jeruk batang bawah yang rentan. Namun di Australia terdapat penyakit kudis pada buah jeruk manis yang disebabkan oleh jamur yang sekerabat dengan jamur penyebab penyakit kudis jeruk. Mengingat Australia merupakan negara pengekspor jeruk dan bukan tidak mungkin buah jeruk manis yang beredar di Indonesia berasal dari sana maka penularan penyakit ini ke Indonesia sangat memungkinkan. Sampai saat ini penyakit ini belum pernah dilaporkan terdapat di Indonesia.
Nama Penyakit
Nama penyakit kudis jeruk-manis dalam Bahasa Indonesia digunakan untuk merujuk kepada penyakit yang dalam Bahasa Inggris disebut sweet-orange scab.
Nama Berlaku dan Klasifikasi Penyebab Penyakit
Penyakit kudis jeruk-manis disebabkan oleh jamur teleomorf Elsinoë australis Bitanc. & Jenkins (1936) dengan nama anamorf Sphaceloma australis Bitanc. & Jenkins (1936). Klasifikasi jamur Elsinoë australisadalah kerajaan: Fungi, divisi: Ascomycota, sub-divisi: Pezizomycotina, kelas: Dothideomycetes, sub-kelas: Dothideomycetidae, ordo: Myriangiales, famili: Elsinoaceae, genus: Elsinoë, dan spesies: Elsinoë australis Bitanc. & Jenkins (1936).
Nama Sinonim Penyebab Penyakit
Nama ilmiah sinonim jamur teleomorf Elsinoë australis adalah Sphaceloma fawcettii var. viscosum Jenkins (1933) dan Sphaceloma australis Bitanc. & Jenkins (1936).
Gejala dan Tanda Penyakit
Kulit buah muda menunjukkan adanya perkembangan kudis dengan warna yang berubah dari pink cerah pada fase awal menjadi cokelat-keabuan pada fase lanjut. Kudis yang pada penyakit kudis jeruk-manis lebih datar dibandingkan dengan kudis jeruk.
Gejala dan Tanda Serupa
Gejala penyakit kudis jeruk-manis menyerupai gejala penyakit kudis, tetapi gejala penyakit jeruk menis terdapat biasanya pada buah. Gejala kudis jeruk-manis cenderung lebih besar, lebih halus, dan lebih membulat dibandingkan dengan gejala kudis jeruk. Gejala pada daun terdapat pada daun jeruk gedang dan jeruk kumkuat. Gejala kudis jeruk-manis juga dapat dikacaukan dengan gejala kanker bakteri, melanose, dan luka mekanik.
Deskripsi Ringkas PatogenTeleomorf: askomata dalam bantalan, bundar, gelap, jaringan pseudo-parenkimatik, mempunyai banyak kantung, tebal sampai 80-120 µm. Askus berjumlah sampai 20 per kantung, bundar memanjang atau menyerupai telur, berdinding ganda, dinding dalam menebal pada bagian ujungberdiameter 12-16 µm, mempunyai 8 spora. Askospora bening, eliptik atau eliptik memanjang, terdiri atas 2-4 sel, mengecil pada sel di tengah, diameter 12-20 x 4-8 µm.
Anamorf: aservuli di bawah permukaan, menyebar atau mengumpul, jaringan pseudo-parenkimatik. Sel calon konidia berasal dari permukaan sel pseudo-parenkima atau dari konidiofora bening atau cokelat pucat, jarang, bersekat, bercabang pendek. Koloni pada media tumbuh lambat, berwarna mawar sampai jingga, tumbuh meninggi pada permukaan media, ditutupi hifa seperti kapas. Jamur anamorf E. australis sama dengan jamur anamorf E. fawcettii, kecuali jamur E. fawcettii membentuk konidia seperti penggulung benang berukuran 10-15 x 2.5 -3.0 µm pada jaringan inang sedangkan E. australis tidak.
Kisaran Inang
Selain jeruk manis, kisaran ingan penyebab kudis jeruk-manis juga mencakup jeruk sitrun, jeruk cina, jeruk cina Satsuma, jeruk nipis, jeruk gedang, dan jeruk kumkuat, sedangkan jeruk masam agak tahan.
Ekologi dan Daur Penyakit
Infeksi terjadi oleh inokulum yang terdiri atas konidia and mungkin juga askospora dari kudis pada buah. Konidia terbentuk banyak pada kudis yang masih basah ketika udara jenuh uap air pada suhu 20-28oC. Perkecambahan konidia memerlukan permukaan basah selama 2,5-3,5 jam pada suhu 13-32oC, tetapi infeksi tidak terjadi pada suhu di bawah 14oC atau di atas 25oC. Periode inkubasi penyakit ini adalah 5 hari dan suhu optimal untuk perkembangan penyakit adalah 20-21oC. Infeksi pada buah terjadi ketika buah masih muda, ketika buah jeruk manis berdiameter tidak lebih dari 20 mm. Patogen bertahan pada kulit buah yang masih tersisa di pohon.
Diagnosis
Diagnosis penyakit kudis jeruk-manis berdasarkan gejala dan tanda penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan layanan diagnosis dalam jaringan Citrus Diseases.
Penyebaran dan Distribusi Geografis
Penyebaran dalam jarak pendek terjadi dengan bantuan percikan air hujan dan air irigasi, sedangkan jarak jauh terjadi dengan perantaraan perdagangan bibit, tanaman jeruk hias, dan buah jeruk. Penyakit ini belum dilaporkan terdapat di Indonesia, tetapi dilaporkan terdapat di Australia, Pasifik Selatan, Amerika Selatan, Amerika Serikat, Jepang dan Korea. Peta distribusi global penyakit ini sebagaimana menurut CABI Invasive Species Compendium disajikan berikut ini.
Rekomendasi Pengendalian
Perlindungan tanaman terhadap penyakit kudis jeruk-manis dilakukan melalui tindakan pencegahan masuk, pengendalian, dan eradikasi. Pencegahan masuk untuk melindungi pusat-pusat produksi jeruk di mana penyakit ini belum terdapat, dilakukan melalui tindakan karantina tumbuhan. Eradikasi dilakukan di pusat-pusat produksi di mana penyakit baru masuk. Pengendalian dilakukan di pusat-pusat produksi di mana penyakit ini sudah terdapat, dengan cara budidaya, genetik, dan kimiawi. Pengendalian dengan cara budidaya dilakukan dengan melakukan sanitasi tanaman, genetik dilakukan dengan menggunakan tanaman tahan, dan kimiawi dengan penyemprotan fungisida protektan berbahan aktif tembaga, ferbam, thiram, difenoconazole atau chlorothalonil atau fungisida sistemik berbahan aktif benomyl atau carbendazim dengan dosis yang tepat.
Catatan Penting
Nama Penyakit
Nama penyakit kudis jeruk-manis dalam Bahasa Indonesia digunakan untuk merujuk kepada penyakit yang dalam Bahasa Inggris disebut sweet-orange scab.
Nama Berlaku dan Klasifikasi Penyebab Penyakit
Penyakit kudis jeruk-manis disebabkan oleh jamur teleomorf Elsinoë australis Bitanc. & Jenkins (1936) dengan nama anamorf Sphaceloma australis Bitanc. & Jenkins (1936). Klasifikasi jamur Elsinoë australisadalah kerajaan: Fungi, divisi: Ascomycota, sub-divisi: Pezizomycotina, kelas: Dothideomycetes, sub-kelas: Dothideomycetidae, ordo: Myriangiales, famili: Elsinoaceae, genus: Elsinoë, dan spesies: Elsinoë australis Bitanc. & Jenkins (1936).
Nama ilmiah sinonim jamur teleomorf Elsinoë australis adalah Sphaceloma fawcettii var. viscosum Jenkins (1933) dan Sphaceloma australis Bitanc. & Jenkins (1936).
Gejala dan Tanda Penyakit
Kulit buah muda menunjukkan adanya perkembangan kudis dengan warna yang berubah dari pink cerah pada fase awal menjadi cokelat-keabuan pada fase lanjut. Kudis yang pada penyakit kudis jeruk-manis lebih datar dibandingkan dengan kudis jeruk.
Gejala penyakit kudis jeruk-manis, A dan B: buah jeruk manis Valencia muda dan masak, C: buah jeruk sitrun, D: buah jeruk kumkuat, R: buah jeruk cina, F dan G: buah jeruk gedang muda dan masak, H: buah jeruk gedang jarak dekat, I: buah jeruk cina jarak dekat, J: daun jeruk kumkuat, dan I: daun jeruk kumkuat, dan K: daun jeruk kumkuat jarak dekat. Sumber, A-K: Citrus Diseases. |
Gejala penyakit kudis jeruk-manis menyerupai gejala penyakit kudis, tetapi gejala penyakit jeruk menis terdapat biasanya pada buah. Gejala kudis jeruk-manis cenderung lebih besar, lebih halus, dan lebih membulat dibandingkan dengan gejala kudis jeruk. Gejala pada daun terdapat pada daun jeruk gedang dan jeruk kumkuat. Gejala kudis jeruk-manis juga dapat dikacaukan dengan gejala kanker bakteri, melanose, dan luka mekanik.
Deskripsi Ringkas Patogen
Anamorf: aservuli di bawah permukaan, menyebar atau mengumpul, jaringan pseudo-parenkimatik. Sel calon konidia berasal dari permukaan sel pseudo-parenkima atau dari konidiofora bening atau cokelat pucat, jarang, bersekat, bercabang pendek. Koloni pada media tumbuh lambat, berwarna mawar sampai jingga, tumbuh meninggi pada permukaan media, ditutupi hifa seperti kapas. Jamur anamorf E. australis sama dengan jamur anamorf E. fawcettii, kecuali jamur E. fawcettii membentuk konidia seperti penggulung benang berukuran 10-15 x 2.5 -3.0 µm pada jaringan inang sedangkan E. australis tidak.
Kisaran Inang
Selain jeruk manis, kisaran ingan penyebab kudis jeruk-manis juga mencakup jeruk sitrun, jeruk cina, jeruk cina Satsuma, jeruk nipis, jeruk gedang, dan jeruk kumkuat, sedangkan jeruk masam agak tahan.
Ekologi dan Daur Penyakit
Infeksi terjadi oleh inokulum yang terdiri atas konidia and mungkin juga askospora dari kudis pada buah. Konidia terbentuk banyak pada kudis yang masih basah ketika udara jenuh uap air pada suhu 20-28oC. Perkecambahan konidia memerlukan permukaan basah selama 2,5-3,5 jam pada suhu 13-32oC, tetapi infeksi tidak terjadi pada suhu di bawah 14oC atau di atas 25oC. Periode inkubasi penyakit ini adalah 5 hari dan suhu optimal untuk perkembangan penyakit adalah 20-21oC. Infeksi pada buah terjadi ketika buah masih muda, ketika buah jeruk manis berdiameter tidak lebih dari 20 mm. Patogen bertahan pada kulit buah yang masih tersisa di pohon.
Diagnosis penyakit kudis jeruk-manis berdasarkan gejala dan tanda penyakit dapat dilakukan dengan menggunakan layanan diagnosis dalam jaringan Citrus Diseases.
Penyebaran dan Distribusi Geografis
Penyebaran dalam jarak pendek terjadi dengan bantuan percikan air hujan dan air irigasi, sedangkan jarak jauh terjadi dengan perantaraan perdagangan bibit, tanaman jeruk hias, dan buah jeruk. Penyakit ini belum dilaporkan terdapat di Indonesia, tetapi dilaporkan terdapat di Australia, Pasifik Selatan, Amerika Selatan, Amerika Serikat, Jepang dan Korea. Peta distribusi global penyakit ini sebagaimana menurut CABI Invasive Species Compendium disajikan berikut ini.
Rekomendasi Pengendalian
Perlindungan tanaman terhadap penyakit kudis jeruk-manis dilakukan melalui tindakan pencegahan masuk, pengendalian, dan eradikasi. Pencegahan masuk untuk melindungi pusat-pusat produksi jeruk di mana penyakit ini belum terdapat, dilakukan melalui tindakan karantina tumbuhan. Eradikasi dilakukan di pusat-pusat produksi di mana penyakit baru masuk. Pengendalian dilakukan di pusat-pusat produksi di mana penyakit ini sudah terdapat, dengan cara budidaya, genetik, dan kimiawi. Pengendalian dengan cara budidaya dilakukan dengan melakukan sanitasi tanaman, genetik dilakukan dengan menggunakan tanaman tahan, dan kimiawi dengan penyemprotan fungisida protektan berbahan aktif tembaga, ferbam, thiram, difenoconazole atau chlorothalonil atau fungisida sistemik berbahan aktif benomyl atau carbendazim dengan dosis yang tepat.
Penyakit ini belum dilaporkan terdapat di Indonesia tetapi sudah dilaporkan di negara-negara pusat produksi jeruk penting di seluruh dunia.
0 comments